Ketika Raja Salman Resah dengan Program Nuklir Iran

ERA.id - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengungkap kekhawatirannya soal program nuklir dan rudal balistik Iran, serta kurangnya kerja sama dengan masyarakat internasional.

Hal itu disampaikan Raja Salman dalam pidatonya di hadapan penasihat kerajaan Dewan Syura pada Rabu (20/12/2021).

Penguasa berusia 85 tahun itu berharap Iran akan mengubah perilaku "negatif" di kawasan serta memilih dialog dan kerja sama.

"Kami mengikuti dengan prihatin kebijakan pemerintah Iran yang mengganggu stabilitas keamanan dan stabilitas regional, termasuk membangun dan mendukung milisi bersenjata sektarian dan menyebarkan kekuatan militernya di negara lain," kata Raja Salman dalam pidato yang diterbitkan oleh kantor berita negara SPA.

"(Kami mengikuti dengan keprihatinan) kurangnya kerja sama dengan masyarakat internasional mengenai program nuklirnya dan pengembangan rudal balistiknya," ujar Raja Salman, menambahkan.

Sebagai sekutu utama Barat di negara-negara Teluk, Arab Saudi terlibat dalam persaingan sengit dengan Iran di Timur Tengah, di mana kedua belah pihak telah mendukung faksi-faksi yang berlawanan dalam beberapa konflik termasuk di Yaman, Suriah, dan Lebanon.

Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya mengusir utusan Lebanon pada Oktober dalam perselisihan diplomatik yang telah menambah krisis ekonomi Lebanon.

Para pejabat Saudi mengatakan krisis dengan Beirut berawal dari pengaturan politik Lebanon yang memperkuat dominasi kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran.

"Kerajaan juga mendukung persaudaraan rakyat Lebanon, dan mendesak semua pemimpin Lebanon untuk memprioritaskan kepentingan rakyat mereka ... dan menghentikan hegemoni teroris Hizbullah atas struktur negara," kata Raja Salman.

Dalam upaya untuk meredakan ketegangan, pejabat Saudi dan Iran bertemu dalam serangkaian pembicaraan langsung awal tahun ini tetapi mereka belum menghasilkan terobosan apa pun.