Terungkap! Cerita GPH Bhre Tidur di Makam Ayah Sebelum Dipilih Jadi Mangkunegoro X: Pegang Teguh Aturan Takhta Kerajaan
ERA.id - GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo telah ditetapkan sebagai penerus takhta KGPAA Mangkunegara IX. Sebelum naik takhta, GPH Bhre sering mengunjungi makam ayahnya di Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar.
Hal ini diungkapkan oleh Wedhana Satrio Pura Mangkunegaran, Lilik Priarso, saat ditemui di Pura Mangkunegaran Rabu (2/3/2022). Ia mengatakan GPH Bhre sering berkunjung ke makam ayahnyya.
”Beliau itu dekat dengan romonya. Beliau itu sudah wira-wiri ke Girilayu, bahkan beliau tidur di sana. Kan di sana ada tenda, dan itu keinginan beliau sendiri,” ucap Lilik.
Menurut Lilik, alasan GPH Bhre sering berkunjung ke makam ayahnya karena ada satu aturan yang hingga kini dipertahankan oleh para penguasa keturunan Mataram Islam. Yakni setelah jumeneng (menduduki takhta), tidak diperbolehkan berkunjung ke Astana Girilayu.
”Beliau sudah tahu aturan ini. Kalau pegang takhta sudah tidak boleh berkunjung ke makam. Semua penguasa keturunan Mataram Islam tahu ini, setelah jumeneng tidak boleh ke makam,” ucap Lilik.
Lilik mengungkap, sosok Bhre ini sudah sangat dekat dengan abdi dalem. Meski ia menempuh pendidikan di Jakarta, namun selama libur sekolah ia lebih banyak bermain di Solo.
”Kalau di Jakarta ya teman main sekolah. Teman hariannya ya abdi dalem,” ucapnya.
Bahkan GPH Bhre sudah dipercaya untuk menangani beberapa hal di Pura Mangkunegaran. Salah satunya yakni mengawasi proyek revitalisasi Pura Mangkunegaran bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
”Ia juga sudah dua kali ikut jamasi pusoko (upacara menyucikan pusaka) juga. Bahkan menjelang romonya meninggal, beliau di sini untuk ikut jamasan ,” katanya.
Untuk Upacara Adat Jumenengan ini rencananya digelar pada 12 Maret 2022 mendatang pukul 10.00 WIB. Akan ada tamu undangan termasuk para tokoh masyarakat dari kota Solo. Selain itu hadir pula tiga penerus takhta Mataram Islam lainnya, yakni perwakilan dari Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Kasultanan Ngayogyakarta, dan Pura Pakualaman.
”Jadi nanti ada tempat duduk khusus, nanti yang jumeneng (menduduki takhta) lenggah (duduk) di Pringgitan. Kemudian saudara-saudaranya atau sedherek dalem yang duduk di satu sisi. Sedangkan sisi barat akan ditempati oleh para raja Mataram lain,” ucapnya.