Kasihan Pedagang Tempe di Surabaya, Perkecil Ukuran Diprotes, Naikkan Harga Ditentang Pembeli

ERA.id - Kabar sedih datang dari Kota Surabaya, Jawa Timur. Imbas kenaikan harga kedelai dari Rp8 ribu menjadi Rp12 ribu per kilo di pasaran, membuat para pedagang tempe serba salah menentukan harga.

"Kalau saya naikkan harga tempe menyesuaikan bahan baku kedelai yang mahal, pelanggan protes karena kemahalan," kata Tumiasih, pembuat tempe di Jalan Sukomanunggal Gang 1, Rabu (2/3/2022).

Menurutnya para pelanggan memang menginginkan harga tempe yang murah atau setidaknya sama dengan yang dulu, sebelum harga kedelai melambung tinggi.

"Selanjutnya saya kecilkan ukurannya. Saya jual dengan harga tetap seperti dulu. Tetap saja menuai protes. Pelanggan bilang kok kekecilan. Kami jadi serba salah," ujarnya.

Di sepanjang Jalan Sukomanunggal Gang 1 Surabaya terdata ada 12 pembuat tempe kedelai dan delapan pembuat tempe menjes, sehingga terkenal sebagai salah satu Kampung Tempe di Surabaya. Mereka menggeluti usaha ini secara turun temurun dari keluarganya.

Menanggapi itu, Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti pemerintah. Ia bilang, jelang Ramadan, semestinya harga mulai terjangkau.

"Tadi juga ada penjual tahu di sana. Saya tanya masalahnya apa kalau sampai harga kedelai sebagai bahan baku utamanya mahal. Mereka sepakat kalau tidak menaikkan harga, ya membuat ukuran yang lebih kecil," katanya.

"Saya sebagai Ketua DPR RI kan hanya sebagai pengawas. Kalau pemerintah jangan hanya menangani secara ad hoc, melainkan juga harus bisa mengurai kelangkaan, serta menekan harga-harga barang yang dibutuhkan masyarakat," tuturnya.