Pengusaha Terkaya Rusia Beri Peringatan Keras ke Putin, Singgung Kejadian Tahun 1917

ERA.id - Pengusaha terkaya Rusia, Vladimir Potanin, memberi peringatan keras ke Presiden Rusia, Vladimir Putin. Potanin peringatkan Putin tentang kejadian tahun 1917 yang sempat menghancurkan bisnis di Rusia.

Peringatan keras ini disampaikan oleh Vladimir Potanin atas keputusan Putin melakukan invasi ke Ukraina. Potanin mengatakan bahwa Rusia berisiko kembali ke hari-hari penuh gejolak revolusi 1917. Dia pun meminta agar pemerintah lebih berhati-hati terkait penyitaan aset.

"Pertama, itu akan membawa kita kembali seratus tahun, ke 1917, da konsekuensi dari langkah seperti itu. Ketidakpercayaan global terhadap Rusia di pihak investor akan kita alam selama beberapa dekade," kata Potanin, dikutip CNN, Sabtu (12/3/2022).

Lalu, kata Potanin, banyaknya perusahaan yang memilih untuk menangguhkan operasi di Rusia dia anggap sebagai akibat dari tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apalagi tekanan ini juga datang dari opini publik di luar negeri.

Meski demikian, presiden raksasa logam Norilsk Nickel (NILSY) itu menilai perusahaan akan tetap kembali ke Rusia. Begitu juga dengan bisnis usahanya.

"Jadi kemungkinan besar mereka akan kembali. Dan Secara pribadi, saya akan menjaga kesempatan seperti itu untuk mereka," ucapnya.

Potanin adalah miliarder terkaya Rusia dengan catatan kekayaan mencapai 22,5 miliar dolar. Meskipun dia sempat kehilangan sekitar seperempat kekayaannya tahun ini karena saham di Norilsk Nickel jatuh.

Saham perusahaannya kehilangan lebih dari 90 persen di perdagangan London sebelum akhirnya dihentikan bulan ini. Padahal harga komoditasnya diketahui sedang melonjak.

Norilsk Nickel sendiri adalah produsen paladium dan nikel bermutu tinggi terbesar di dunia, serta produsen utama platinum dan tembaga. Perusahaan dan produk utamanya telah lolos dari sankis yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat yang telah menghantam ekonomi Rusia.

Lusinan perusahaan Amerika, Eropa dan Jepang telah meninggalkan usaha patungan, pabrik, toko, kantor, dan aset lainnya dalam dua minggu terakhir sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi.

Mereka bergabung dengan Goldman Sachs dan JPMorgan pada hari Kamis, bank-bank besar Barat pertama yang mengumumkan bahwa mereka akan keluar dari Rusia sepenuhnya sejak krisis meletus pada Februari.

Menurut laporan surat kabar Rusia Izvestiya, organisasi hak-hak konsumen Rusia telah menyusun daftar perusahaan yang telah memutuskan untuk pergi dan dapat dinasionalisasi.

Dokumen yang dilaporkan dikirim ke pemerintah Rusia dan Kejaksaan Agung, mencakup 59 perusahaan termasuk Volkswagen, Apple, IKEA, Microsoft, IBM, Shell, McDonald's, Porsche, Toyota, H&M, dan kemungkinan akan terus bertambah.

Menanggapi hal itu, Potanin mengatakan hal itu tidak terlalu bijaksana untuk berbicara tentang menasionalisasi aset Barat. Tetapi proposal Kremlin dapat memungkinkan "pemilik untuk menjaga properti, dan perusahaan untuk menghindari kehancuran, terus memproduksi produk dan membayar uang kepada karyawan."

"Saya mengerti bahwa mengingat pembatasan ekonomi yang ditujukan terhadap Rusia, mungkin ada keinginan yang dapat dimengerti untuk bertindak secara simetris," tulisnya.

"Tetapi pada contoh negara-negara Barat, kita melihat bahwa ekonomi negara-negara ini menderita karena pengenaan sanksi terhadap Rusia. Kita harus lebih bijaksana dan menghindari skenario di mana sanksi pembalasan menimpa diri kita sendiri," tambahnya.

Dia juga meminta Rusia untuk melonggarkan pembatasan mata uang asing sehingga bunga dapat dibayarkan atas obligasi dan pinjaman asing. Jika tidak, ada risiko negara itu bisa gagal membayar seluruh utang luar negerinya, yang diperkirakannya sekitar 480 miliar dolar.