Nasib Pemudik di Balik Ancaman Mogok Garuda Indonesia
Menurut prediksi Kemenhub, pemudik jalur udara bakal mencapai angka 6,7 juta orang, atau sepuluh persen lebih banyak ketimbang tahun lalu. Enggak cuma pilot dan pramugari, sih. Seluruh instrumen di bandar-bandar udara juga sudah diminta bersiap.
“Diperkirakan 6,7 juta penumpang (menggunakan pesawat). Bagi bandar udara harus siap melayani lebaran,” kata Direktur Operasi dan Teknik Angkasa Pura II Joko Murjatmo di Jakarta, Sabtu (2/6/2018).
Untuk menyiasati jumlah kenaikan penumpang ini, Kemenhub juga sudah berkoordinasi dengan maskapai-maskapai penerbangan untuk menyediakan pelayanan extra flight. Enggak cuma itu, Angkasa Pura juga tengah mengoptimalkan layanan self check-in berbasis sistem aplikasi.
“Kalau penuh, silakan mobile check-in penumpang. Sebut nomornya, nanti petugas bantu. Kemudian bisa check-in dengan aplikasi, silakan download indonesia check in world,” tuturnya.
Mogok Garuda Indonesia
Kondisi yang disampaikan Angkasa Pura ini bikin lega juga sebenarnya. Sebab, pernyataan itu disampaikan di tengah ancaman mogok 1.300 pilot dan lima ribu crew penerbangan Garuda Indonesia, salah satu maskapai paling besar di dalam negeri.
Berabenya, aksi mogok rencananya bakal dilakukan di musim mudik kali ini. Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG), Kapten Bintang Handono menyebut aksi mogok ini terpaksa dilakukan sebagai langkah menyelamatkan Garuda.
Garuda Indonesia memang tengah terombang-ambing. Sejak awal Mei lalu, asosiasi karyawan telah menyampaikan protes. Pemicunya adalah rapat umum pemegang saham (RUPS) memutuskan untuk menghapus posisi direktur operasi dan direktur teknik di internal perusahaan.
Mereka khawatir, enggak adanya direktur operasi dan direktur teknik akan berdampak pada enggak adanya penanggung jawab dalam audit Airport Operating Certificate (AOC), surat legitimasi trayek lah ibarat operasional angkot.
Perusahaan sejatinya sudah merespons protes asosiasi dengan mengangkat direktur operasi dan direktur teknik. Tapi, masalah kemudian malah melebar ke berbagai hal. Pengangkatan dua direktur itu pun jadi permasalahan.
Pertama, pengangkatan keduanya enggak melalui mekanisme RUPS. Kedua, asosiasi memandang ada salah kelola di dalam perusahaan. Banyaknya posisi board of director yang diisi orang-orang berlatarbelakang perbankan jadi penyebabnya.
Lewat aksi mogok ini, mereka berharap pemerintah ikut turun tangan membenahi Garuda Indonesia. Intinya, mereka enggak pengin Garuda Indonesia bernasib seperti Merpati yang gulung tikar akibat salah asuh.