China Eastern Airlines Jatuh dari Ketinggian 6.000 Meter dalam Semenit, Pakar Penerbangan: Sulit Dipahami
ERA.id - Penyebab kecelakaan pesawat yang menimpa China Eastern Airlines masih menjadi misteri. Pakar dari penerbangan bahkan menyebut kecelakaan mendadak itu sangat sulit untuk dipahami.
Seorang ahli penerbangan China, Li Xiaojin mengatakan umumnya pesawat yang sudah lepas landas akan menggunakan mode autopilot selama perjalanan. Namun yang terjadi pada Boeing 737-800 ini sedikit berbeda dan menjadi kejadian langka.
"Biasanya pesawat dalam mode autopilot selama tahap jelajah. Jadi sangat sulit untuk memahami apa yang terjadi," kata Li Xiaojin, seorang ahli penerbangan China, dikutip Reuters, Selasa (22/3/2022).
Bukan hanya Li Xiaojin, seorang pakar lainnya yang juga pemimpin redaksi Aerospace Knowledge yang berbasis di Beijing, Wang Ya'nan juga turut memberikan penilaian atas apa yang terjadi.
Wang menilai pesawat sangat mungkin kehilangan daya sehingga mengakibatkan pilot kehilangan kendali atas pesawatnya. Dia pun menyebut penyebab kecelakaan Boeing 737-800 sebagai kegagalan teknis yang sangat serius.
"Sangat mungkin pesawat kehilangan daya pada ketinggian jelajah, mengakibatkan pilot kehilangan kendali atas pesawat. Ini adalah kegagalan teknis yang sangat serius di mana pesawat mau tidak mau memasuki penurunan kecepatan tinggi," jelas Wang.
Diketahui saat kecelakaan terjadi cuaca dilaporkan dalam keadaan mendung namun jarak pandang dilaporkan baik. Sebuah rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa Penerbanagan MU5735 jatuh secara vertikal dari langit.
Menurut data FlightRadar24, pesawat terbang pada ketinggian 29.100 kaki, tetapi dua menit dan 15 detik kemudian tercatat pada ketinggian 9.075 kaki.
Informasi terakhir yang bersumber pada penerbangan menunjukkan bahwa kontak berakhir pada 14:22 waktu setempat, pada ketinggian 3.225 kaki. Pesawat dinyatakan jatuh ke daerah perbukitan hijau hanya dalam waktu empat menit dan menyebabkan kebakaran hutan di atas pegunungan terpencil China.
Penyelidikan pun akan terus dilakukan guna mengetahui penyebab kecelakaan diantaranya tindakan yang disengaja, seperti terorisme, masalah teknis seperti kegagalan struktural, atau tabrakan di udara.
Penyidik juga akan melihat komunikasi dari pilot, memeriksa keadaan reruntuhan, dan mencari perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit. Perekam-perekam itu harus berisi informasi yang diperlukan untuk mengkonfirmasi dengan tepat apa yang terjadi selama menit-menit kecelakaan dan mengetahui penyebab pastinya.
Pesawat Boeing 737-800 berusia hampir tujuh tahun. Model ini adalah pendahulu dari lini Boeing 737 Max, yang merupakan pesawat yang terlibat dalam kecelakaan maut di Indonesia tahun 2018 dan Ethiopia pada 2019.