Presiden Vladimir Putin Hadir di KTT G20 di Indonesia, Ramalan Denny Darko: Pak Jokowi Memprakarsai Perdamaian Rusia dan Ukraina
ERA.id - Presiden Rusia, Vladimir Putin akan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) Group of 20 (G20) di Bali, Indonesia. Konflik antara Rusia dengan Ukraina membuat sejumlah pihak mendorong untuk tak mengundang Vladimir Putin datang ke G20 Indonesia.
Bahkan, Presiden AS, Joe Biden meminta agar Indonesia tak melarang mengundang Vladimir Putin ke G20, berarti harus mengundang Ukraina. Presiden Vladimir Putin yang datang ke KTT G20 di Indonesia juga mendapatkan sorotan dari ahli tarot sekaligus peramal Denny Darko.
Menurut kartu tarotnya, Denny Darko merasa Presiden Vladimir diundang ke G20 Indonesia itu salah alamat. Ia merasa Presiden Jokowi tidak berhak untuk melarang para presiden negara supaya tidak hadir dalam G20 di Indonesia.
"Sebenarnya pak Jokowi ini ya salah alamat, karena Presiden Jokowi tidak berhak untuk melarang siapapun untuk hadir ke konferensi ini tadi apalagi untuk menghalangi satu pemimpin negara untuk hadir di dalamnya," ujarnya, dikutip dari kanal YouTube Denny Darko.
Lebih lanjut, suami Vina Chandrawati ini mengatakan Presiden Jokowi tetap pada pendiriannya. Meski sudah dilarang untuk tak mengundang Presiden Vladimir Putin, tetap saja Presiden Jokowi mengundangnya.
"Sehingga jika ini yang akan ditekankan oleh negara barat, maka bisa dipastikan, Presiden Jokowi tidak akan melakukannya dan dia pasti akan tetap dalam pendiriannya mengijinkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk hadir di dalam G20," paparnya.
Berdasarkan ramalannya, pria berusia 44 tahun ini melihat Indonesia netral. Tidak menghakimi negara manapun dan ingin adanya perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
"Kalau saya boleh bilang, Indonesia ini lebih mendukung kepada usaha dan upaya menuju ke perdamaian," ucapnya.
Denny Darko mengatakan jika Presiden Rusia tidak bisa dilihat dari peperangan dengan Ukraina saja. Melainkan, Indonesia tetap netral. Ia juga merasa Presiden Jokowi bisa membuat Rusia dan Ukraiana menjadi damai.
"Karena apa yang dilakukan oleh Rusia, ini adalah sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan konteks yang ada saat ini saja. Ada sebuah sejarah panjang yang harus diperhitungkan, Indonesia tidak dalam satu posisi itu tadi. Indonesia tetap netral," katanya.
"Indonesia menjadi negara dengan Pak Jokowi walinya sebagai yang bisa memprakarsai perdamaian antara Rusia dengan negara barat atau Ukraina tadi. Dilihat Indonesia tidak ikut-ikutan, bisa jadi Vladimir Putih mengikuti kata Jokowi." lanjutnya.