Lihatlah Kondisi Rumah Pahlawan Asal Sulsel Andi Pangerang Pettarani, Bikin Miris
ERA.id - Banyak yang belum tahu kalau rumah mantan Gubernur Sulawesi ke-5 periode 1956-1960, Andi Pangerang Pettarani, di Jl.Kumala, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulsel, tidak terawat.
Kondisinya bikin miris. Cat rumah tersebut terkelupas di mana-mana. Sementara atapnya rapuh. Intinya, rumah tersebut tidak mencerminkan rumah pejabat besar di masanya.
Bagaimana tidak, rumah tersebut sudah ada sejak tahun 1932 dan masih bertahan hingga kini. Pun lantai atas bangunannya, hampir roboh.
Tahu hal itu, Kepala Dinas Perhubungan Makassar, Iman Hud langsung mengunjungi rumah tersebut. Setelah melihat kondisinya, ia ingin merenovasi sebagian bangunan.
Di akun Tiktok milik Iman Hud, terlihat sejumlah orang tampak sibuk memasang atap seng dan mengganti atap yang sudah bocor.
Dalam video unggahan @imanhudberpikir, lantai papan rumah sosok yang digelari pahlawan oleh Presiden Soekarno pada 1958 itu, terlihat keropos setelah dimakan rayap. Untuk diketahui, video itu viral.
Ditanya oleh ERA, Iman Hud menjawab bahwa untuk merenovasi bangunan tua itu, sudah dipikirnya sejak lama. Alasannya, rumah itu adalah peninggalan salah satu Pahlawan Nasional yang turut andil dalam merumuskan Kemerdekaan Republik Indonesia.
"Ini kalau bukan kita yang memelihara siapa lagi. Kami hanya meminta kesediaan keluarga beliau untuk merenovasi bangunan tua bersejarah itu," aku Mantan Kasatpol PP Makassar ini, Jumat (1/4/2022).
Iman tak sendiri. Ia juga mengajak Dinas Kebudayaan Makassar untuk berkolaborasi. "Beliau adalah negarawan, maka saya meminta Disbud Makassar untuk andil dalam merawat dan melestarikan tempat ini," ungkapnya.
Selain itu, Iman bilang tahun 2023 mendatang Disbud Makassar bakal mengalokasikan anggaran untuk merenovasi seluruh bangunan yang saat ini rusak karena minim perhatian pihak terkait. "Alhamdulillah, 2023 mendatang Disbud Makassar alokasikan anggran untuk merenovasi bangunan tua ini." tegasnya.
Salah seorang cicit dari Andi Pangerang Pettarani, Andi Irsyad mengatakan rasa syukurnya, karena rumah yang ditempatinya itu mendapat perhatian perwakilan Pemkot Makassar.
"Pak Iman datang ke rumah bilang mau renovasi rumah ini, kami sekeluarga mempersilakan kalau rumah ini ingin di lestarikan karena sejarahnya." singkatnya.
Diketahui, sebelum dihuni oleh anak keturunan Raja Bone ke-32 Andi Mappayukki itu, rumah tersebut lebih dulu ditempati orang Tionghoa.
Profil Andi Pangerang Pettarani
Andi Pangerang Petta Rani yang bernama lengkap Andi Pangerang Pettarani Karaeng Bontonompo Arung Macege Matinroe Ri Panaikang, adalah pria sederhana.
Ia lahir pada 14 Mei 1903 dan wafat pada 12 Agustus 1975. Pettarani adalah birokrat, politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari bangsawan Suku Makassar dan Bugis serta menjadi Gubernur Sulawesi terakhir.
Pettarani adalah putra dari Raja Kesultanan Bone ke-XXXII yang bernama Andi Mappanyukki dan ibunya adalah seorang ningrat yang bernama I Batasai Daeng Taco.
Ia adalah saudara tiri dari Andi Abdullah Bau Massepe Pahlawan Nasional Republik Indonesia yang juga Datu Suppa ke-25 dari Kerajaan Suppa.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Indonesia, Andi Pangerang Pettarani dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar. Atas jasanya pula pemerintah setempat mengabadikan namanya sebagai nama jalan.
Toh, Pettarani sejak muda, jadi tentara dan ikut melawan penjajah yang masuk ke Sulawesi Selatan.
Asal tahu saja, semasa hidup, Pettarani banyak membagikan tanah warisannya kepada rakyatnya. Dan suatu saat ia dihadiahkan sebuah rumah yang cukup mewah oleh seseorang, tapi ditolak. “Saya lebih suka tinggal di rumah sendiri,” katanya.
Usai menerima jawaban itu, si pemberi rumah tersebut, memberi Pettarani sebuah jam tangan.
“Untuk mengingatkan Petta bilamana waktu salat tiba,” katanya memberi alasan. Merasa berat untuk menolak lagi, akhirnya Pettarani menerimanya.
Sampai di situ saja? Tidak. Dari berbagai sumber, saat jadi gubernur, Pettarani pernah mengajak anaknya pergi ke tempat cukur. Anaknya pun langsung menyiapkan mobil sedan.
Pettarani langsung menolak, kemudian memanggil becak. Di atas becak, ia memberi tahu anaknya, “Kita harus merasakan hidup sebagai orang biasa, jangan sombong walau seorang anak gubernur atau raja sekalipun. Tidak selamanya mempunyai mobil dan tidak selamanya menjadi anak gubernur atau raja. Dan suatu saat bila jabatan lepas dan tidak punya mobil, kita tak harus canggung."