Masyarakat China Ternyata Lebih Suka Barang Impor
Menurut survei pula, rata-rata warga China memiliki ketertarikan terhadap barang-barang impor seperti makanan, pakaian, sepatu, dan kosmetik.
"Meningkatnya kebutuhan barang impor menunjukkan pasokan dalam negeri tidak mencukupi," kata Mofcom, Kamis (6/6/2018) dilansir dari Antara.
Sementara itu, masyarakat China lebih memilih tas impor lantaran sejumlah faktor, seperti keamanan, harga, dan kualitas,
"Beberapa barang impor kualitasnya lebih bagus daripada produk dalam negeri. Hal itu yang menjadi salah satu alasan," kata seorang pekerja perusahaan teknologi di Beijing bernama Li Xiao.
Li menambahkan, masyarakat China terkadang membeli barang imitasi dari beberapa agen. Oleh karenanya, ia berharap pemerintah lebih leluasa dalam mengimpor kosmetik berkulitas dari negara lain.
Berdasar data statistik, total penjualan barang ritel di China menembus angka 36,6 triliun RMB (Rp7.686 triliun). Data itu menunjukkan bahwa sebagai negara pasar terbesar kedua di dunia, China membutuhkan penambahan ekspor supaya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah-atas setempat.
Baca Juga: Luhut: 2020 Tidak Boleh Impor Garam
Direktur Lembaga Penelitian Perdagangan Internasional China Zhao Ping menyebut, banyaknya kebijakan impor yang diterapkan negaranya akan memberikan keuntungan tersendiri bagi beberapa negara dalam meningkatkan nilai perdagangan. Selain itu, kebijakan tersebut juga menyokong transformasi industri dan memperbarui pola konsumsi sesuai dengan industri domestik.
Sebagai produsen pesawat televisi pertama, angka ekspor China bahkan masih kalah dengan nilai impornya, baik dari segi kualitas maupun tampilan. Meski demikan, dalam beberapa tahun terakhir, industri perangkat rumah tangga China telah menunjukkan peningkatan.
Untuk itu, pemerintah China berencana akan memangkas berbagai jenis tarif untuk barang-barang kebutuhan sehari-hari mulai 1 Juli 2018 mendatang, seperti pakaian, sepatu, peralatan dapur, peralatan olahraga, dan peralatan kebugaran