Sepak Terjang Ade Armando, Loyalis Jokowi yang Babak Belur Dihajar Massa 11 April hingga Nyaris Ditelanjangi

ERA.id - Nama Ade Armando mendadak jadi trending topic di Twitter. Dosen ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia itu jadi perbincangan usai dirinya dikeroyok massa aksi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin siang (11/4/2022).

Selain babak belur dianiayai hingga tersungkur ke aspal, celana panjang yang dikenakan Ade Armando bahkan hilang.

Ade sebetulnya bukan pendatang baru di jagat dunia maya maupun media massa. Selain pernah menjadi wartawan, wajahnya juga sering berseliweran di televisi.

Saat Joko Widodo menjabat sebagai presiden, Ade bersama teman-temannya, seperti Denny Siregar, Abu Janda, dan Eko Kuntadhi getol membela presiden Republik Indonesia ketujuh tersebut. 

Ade Armando lahir pasangan Mayor Jus Gani dan Juniar Gani, keluarga perantau Minangkabau. Ia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Ayahnya seorang diplomat pada era Orde Lama. Ketika Soekarno turun dari tampuk kekuasaan, ayahnya pun ikut lengser. 

Ade lulus sekolah dasar di SD Banjarsari I Bandung pada 1973. Ia lanjut sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Bogor, lulus pada 1976. Pada 1980, ia tamat SMA Negeri 2 Bogor.

Setelah lulus SMA, Ade melanjutkan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi UI. Semasa kuliah, ia aktif dalam pers mahasiswa Warta UI, Himpunan Mahasiwa Ilmu Komunikasi (HMIK), dan Senat Mahasiswa. 

Ia juga belajar menjadi wartawan kepada wartawan kondang Rosihan Anwar dan Masmimar Mangiang. Pada 1988, ia lulus sarjana komunikasi dengan gelar doktorandus. 

Gelar master of science ia dapatkan di Florida State University, lulus pada 1991. Gelar doktornya ia raih di kampus awalnya, Universitas Indonesia. 

Pada 1988—1989, ia menjadi wartawan majalah Prisma. Selanjutnya, ia diangkat Redaktur Penerbit Buku LP3ES tahun 1991 sampai 1993. Keluar dari Buku LP3ES, ia menjadi redaktur koran Republika

Ketika gelombang reformasi muncul, Ade beralih profesi menjadi peneliti dan manajer riset Media Tylor Nelson Sofres selama setahun dari 1998 sampai 1999. 

Ia dianjak oleh Marwah Daud Ibrahim menjadi Direktur Media Watch & Consumer Center pada 2000–2001. Sementara itu, ia aktif dalam diskusi Jaringan Islam Liberal (JIL), kelompok yang didirikan oleh cendekiawan muda Islam, seperti Ulil Abshar Abdala, Luthfi Assyaukanie, dan anak muda lainnya ketika itu. 

Tercatat, ia sudah menerbitkan dua buku: Televisi Jakarta di Atas Indonesia (2011) dan Televisi Indonesia di Bawah Kapitalisme Global (2016).

Sekarang, selain aktif di media sosial dan menjadi dosen di UI, ia juga aktif menjadi pembawa acara di kanal YouTube Cokro TV.