Jalur Rempah yang Memikat Timur dan Barat
ERA.id - Sejak Lima tahun terakhir, Kemendikbudristek terus berupaya mendaftarkan "jalur rempah" menjadi World Heritage ke badan UNESCO. Hal itu dilakukan untuk melestarikan warisan sejarah dunia yang dimiliki Indonesia.
Keterangan di jalurrempah.kemdikbud.go.id, bahwa program itu berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan warisan budaya Jalur Rempah (baik Warisan Budaya Tak Benda maupun Cagar Budaya Nasional) untuk modal meningkatkan kesejahteraan bersama yang lestari.
Dalam pelajaran sejarah di sekolah tingkat dasar sampai atas, jalur rempah kalah pamor daripada jalur sutra. Sebab, narasi perihal jalur rempah belum diangkat atau digali oleh para sejarawan Indonesia. Karena itu juga pengetahuan jalur rempah belum masuk ke kurikulum.
Antara jalur sutra dan jalur rempah tidak bisa dipisahkan, sebab dua jalur tersebut punya kaitan satu sama lainnya. Bila jalur sutra berada di daratan, sedangkan jalur rempah berada di lautan.
Sesuai penjelasan tambahan situs Jalur Rempah Kemdikbud: "Jalur Rempah berupaya menumbuhkan kebanggaan akan jati diri berbagai wilayah di Indonesia, memperkuat jejaring interaksi budaya antardaerah, dan memperteguh ikatan ke-Indonesiaan melalui jalur budaya bahari yang telah ada sejak ribuan tahun lalu."
Usaha dari pemerintah untuk mengangkat arkeologi sejarah ini mesti diapresiasi dengan dukungan semua elemen. Dari kalangan akademisi hingga masyarakat awam yang masih menikmati kelezatan rempah.
Apa Itu Jalur Rempah?
Jalur rempah merupakan perdagangan global yang komoditas utamanya rempah-rempah. Perdagangan ini melingkup banyak negara, di selatan ada China, dan di barat ada Eropa dan Timur Tengah.
Peredarannya pun sudah ada ribuan tahun, bahkan sebelum masehi. Dalam bukunya, Sejarah Rempah: Dari Erotisme sampai Imperialisme, Jack Turner menjelaskan bahwa sejarah rempah bersifat luas dan telah ada sejak ribuan tahun, dimulai dari segenggam cengkeh yang ditemukan dalam sebuah wadah keramik yang terbakar di gurun pasir Suriah yang dulu di sebuah kota kecil di tepi sungai Efrat, seseorang bernama Puzurum harus kehilangan rumahnya yang terbakar hangus.
Diperkirakan cengkih yang ditemukan itu berasak dari tahun 1721 SM. Artinya, kurang lebih 4.000 tahun lalu. Turner merasa heran mengapa tanaman endemis yang berasal dari Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan itu berada di gurun pasir di Suriah. Siapa yang membawanya?
Jejak penyebaran komoditas rempah yang berhasil dilacak oleh Tuner, yaitu berasal dari zaman Dinasti Han di Cina sekitar 206 SM sampai 220 M. Ketika itu, kaisar menggunakan rempah untuk penyegar mulut para tetamu istana.
Sedangkan, pasar Eropa mengetahui rempah sejak masa Romawi, yang didatangkan dari kawasan daratan Asia, seperti India. Namun, kepulauan Nusantara-lah yang menjadi sumber komoditasnya.
Pada zaman renaisans di Eropa, banyak pelaut-pelaut Arab yang memperkenal rempah ke banyak orang di pelabuhan. Sehingga, ada tokoh bernama Christopher Columbus ingin mendatangi tempat asal rempah-rempah. Sayangnya, sampai hayatnya ia tidak sampai ke India atau lebih jauh lagi ke Nusantara.
Columbus hanya sampai ke Benua Amerika, bukan Asia. Kedatangan Columbus menjadi asal muasal pembantaian penduduk asli Amerika.
Tak berselang lama, orang-orang Portugal, kemudian Belanda, Inggris sampai ke kepulauan Nusantara. Dan mulailah mereka mengeruk sumber alam Nusantara sampai ratusan tahun lamanya.
Perlintasan perdagangan rempah ini tidak saja di Muluku dari sekitarnya, tetapi melewati beberapa pulau dan kota pesisir. Dan kota tersebut juga bagian dari jaringan jalur sutra.
Anthony Reid dalam bukunya, Charting the Shape of Early Modern Southeast Asia, bahwa banyak kota di Nusantara yang terghubung langsung dengan jaringan perdagangan rempah. Pada abad ke-15 sampai 17, mengalami masa-masa puncaknya.
Itu terjadi karena kawasan Nusantara memiliki peran penting. Selain karena sumber rempahnya, kawasan Nusantara berada di tempat yang stategi, diapit dua samudra, yaitu Pasifik dan Hindia.
Pengertian tambahan dari Kemdikbud bahwa jalur rempah merupakan suatu peradaban yang sangat tua, kompleks, luas, dan memengaruhi peradaban global.
Akan tetapi, jalur rempah tidak saja perdagangannya semata atau komoditas lainnya, tetapi juga di jalur ini ada kolonialisme, imperialisme, dan pembantaian.