Sejarah 15 April 1912: RMS Titanic, Kapal Elite yang Tak Berdaya di Tengah Laut
ERA.id - Royal Mail Ship (RMS) Titanic menabrak gunung es di Samudra Atlantik Utara pada pukul 23:40 (waktu kapal), 14 April 1912. Kapal yang mengangkut sekitar 2.224 penumpang ini secara perlahan selama dua jam empat puluh menit tenggelam di pukul 02:20, 15 April. Dan memakan korban jiwa sekitar 1.514 penumpang.
Titanic melakukan pelayaran perdana dari Southampton, Inggris, menuju New York City, Amerika Serikat. Lepas landasnya dari Southampton pada 10 April 1912. Titanic memang ditujukan untuk penumpang kaya, yang difasilitasi gimnasium, kolam renang, perpustakaan, restoran kelas atas, dan kabin mewah.
Inilah tragedi maritim yang mengguncang dunia di awal abad 20. Orang-orang kaya berlomba-lomba membuat kapal terbesar di dunia, seperti zaman kini di mana negara di Timur Tengah berlomba-lomba membangun gedung tinggi yang menjulang ke langit.
Titanic diinisiasi oleh dua orang kaya, yakni Kepala White Star Line, J Bruce Ismay dan hartawan Amerika J. Pierpont Morgan yang memegang kendali perusahaan induk White Star Line, International Mercantile Marine Co. Ketika itu, Titanic tidak hanya satu-satu kapal mewah, ada kapal Lusitania dan Mauretanai di bawah perusahaan Cunard Line.
Ismay memiliki saingan. Ia memilih bersaing bukan lewat kecepatan kapal, melainkan dalam hal ukuran. Mana kapal besar, itu yang keren. Mungkin seperti itu nada-nada persaingannnya.
Yang merancang dan membuat kapal Titanic ialah Harland dan Wolf Heavy Industries, perusahaan industri berat, spesialisasi pembangunan kapal. Perusahaan ini berpusat di Belfast, Irlandia Utara. Selain Titanic, Harland and Wolff juga membangun kapal lainnya dari perusahaan White Star Line, seperti Britannic.
Film Titanic
Peristiwa RMS Titanic semakin populer seantero dunia kala James Cameron menggarap sebuah film berjudul "Titanic". Film itu rilis pada 1997, dan masih ditonton dan dibicarakan. Film Titanic banyak memikat penonton, dari nuansa romantisme hingga detik-detik tenggelamnya. Pemeran utamanya Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet ditampilkan sebagai anggota kelas sosial yang berbeda. Dari situ kisah mereka bermula.
Banyak penonton mengira bahwa film tersebut ceritanya berdasarkan kisah nyata 100%, padahal tidak. Tenggelamnya Titanic memang benar nyata, tetapi kisah-kisah di dalamnya adalah hasil imajinasi James Cameron sendiri. Misal, adegan penurunan skoci, ditampilkan para orang kaya berlomba-lomba menaiki skoci dan membiarkan penumpang kelas bawah di dek.
Akan tetapi, dalam buku The Future of Freedom, sesuai penjelasan Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir di Majalah Tempo, 6 Juli 2003 bahwa Fareed Zakaria mengutip statistik dari bencana hari itu: di antara penumpang kelas satu, semua anak kecil selamat, dan hanya lima perempuan yang mati—tiga di antaranya bersedia tenggelam bersama suami mereka. Benjamin Guggenheim, misalnya, menolak ikut masuk ke dalam sekoci. Ia memberi tempat kepada seorang perempuan yang kemudian memang selamat. Pesannya yang terakhir: "Katakan kepada istri saya …. Tak ada seorang perempuan pun tertinggal di kapal ini hanya gara-gara Ben Guggenheim seorang pengecut."