Kisah Penyedia Jasa Penukaran Uang
This browser does not support the video element.
Ternyata, uang receh cetakan baru itu menjadi berkah buat Manurung (71), wanita paruh baya yang tinggal di bilangan Ciracas, Jakarta Timur.
Sudah 20 tahun dia mencari peruntungan menjadi penyedia jasa penukaran uang receh cetakan baru. Manurung biasa menyediakan uang pecahan Rp20.000 hingga Rp2.000 di Terminal Kampung Rambutan.
"Saya nukar uang begini sudah dari tahun '98 sampai sekarang. Sudah 20 tahun nawarin tukar uang di Terminal Kampung Rambutan," ucap Manurung saat ditemui era.id di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu (10/6/2018).
Dia biasanya mendapatkan uang cetakan baru dari bosnya. Bosnya ini yang menukarkan langsung di Bank Indonesia. Nah, Manurung, menggunakan sistem setor ke bosnya dalam menjalankan usahanya ini.
"Penukaran uang baru ini saya mengambil keuntungan 10 persen, tapi dikurang 6 persen untuk bosnya. jadi yang saya dapat 4 persen. Misalnya penukaran total Rp500.000, saya hargai Rp550.000, lalu saya bayar ke bos Rp30.000, sisanya untuk saya," tuturnya.
Manurung biasa melakukan usahanya ini selama 10 hari menjelang Lebaran. Selama itu, dia bisa mendapat untung bersih sebesar Rp1 juta.
Namun, saat bercerita kepada era.id, Manurung menunjukan wajah yang tidak ceria ketika ditanya peruntungannya itu.
Sambil merapikan rambut putihnya, ia sedikit mengulas kisahnya dulu saat awal-awal menjadi penyedia jasa penukaran uang. Dia jadi teringat tubuhnya yang sudah tidak bugar lagi.
"Dulu, saat saya masih sehat, saya bisa dapat untung sampai Rp3 juta. Tapi sekarang saya mudah sakit punggung. Dokter juga sering bilang, 'jangan sampai jatuh, bahaya,' begitu. Makanya, saya di sini aja, enggak keluar terminal," katanya sambil sedikit mengulurkan senyum.
Tak hanya itu, kata Manurung, dulu belum banyak yang berprofesi sebagai penukar uang receh. Ini pula yang membuatnya mudah meraup untung. Tapi, itu tidak terjadi sekarang, di mana uang cetakan baru mudah ditemukan.
Namun, Manurung tetap yakin, rezeki masing-masing telah ada yang mengatur. Yang penting, lanjutnya, tetap ada usaha dan kemauan.
"Apalagi di depan pintu masuk sana, sudah ada berjejer. ketika orang udah nyampe sini, jadi udah jarang yang mau menukarkan," tuturnya.