Isu Minyak Goreng Bikin Elektabilitas PDIP dan Jokowi Turun, Kasihan
ERA.id - Meski masih menjadi yang tertinggi di antara partai politik lainnya, elektabilitas PDI Perjuangan menurun. Hal itu terlihat dari survei yang dirilis Indikator Politik Indonesia.
Direktur Eksekutif Indiktor Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, pada April 2022 ini elektabilitas PDIP sebesar 23,7 persen. Sedangkan pada survei Februari 2022 lalu, elektabilitas PDIP sebanyak 26,8 persen.
Kata Burhanuddin, elektabilitas PDIP ini terendah dalam dua tahun terakhir. Penyebabnya diduga karena penilaian publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo juga menurun dari 71,7 persen di Februari 2022, menjadi 59,9 persen pada Aril 2022.
"Kita punya pola, ketika approval Pak Jokowi turun, yang paling terdampak adalah PDIP, dan datanya mengatakan demikian," kata Burhanuddin dalam rilis survei secara daring, Selasa (27/4/2022).
Bur sendiri mengaku, isu minyak goreng lah yang menyebabkan elektabilitas PDIP merosot. Masalah itu, kata Bur, tentunya perlu diperhatikan para elite politik.
"Karena memang approval Presiden Jokowi yang memang relatif rendah di April ini karena minyak goreng. Jadi minyak goreng jangan underestimate ya. Minyak goreng memang terkesan sederhana, tetapi efeknya luar biasa terhadap perpolitikan," kata Burhanuddi.
Lebih lanjut, Burhanuddin memaparkan, urutan kedua dalam survei itu adalah Gerindra sebesar 11,4 persen. Disusul Golkar sebanyak 10,9 persen, kemudian PKB 9,8 persen, dan Demokrat 9,1 persen.
Selanjutnya PKS sebanyak 5,5 persen, NasDem 3,9 persen, PPP 3,3 persen, Perindo 2,1 persen, PAN 1,1 persen, dan Hanura 0,6 persen. Sementara elektabilitas Partai Berkarya, PSI, PBB dan Garuda kompak di angka 0,3 persen.
"Gerindra, Golkar, PKB, Demoktat tak banyak berubah. Secara umum yang berkurang hanya PDIP, trennya kelihatan," kata Burhanuddin.
Untuk diketahui, Indikator Politik Indonesia menggelar survei tatap muka pada 14-19 April 2022. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling dengan basis sampel 1.220 responden, dengan margin of eror kurang lebih 2,9 persen.