Menyelisik Pemikiran Ustaz Abdul Somad yang Paling Ekstrem
ERA.id - Pemerintah Singapura melarang Abdul Somad masuk ke wilayahnya, dengan alasan bahwa sang ustaz menyebarkan pemahaman ekstrem dan mengajarkan ajaran yang berpotensi memecah belah masyarakat.
Seperti dikutip dari The Straits Times, (18 Mei 2022), meunuliskan berita dengan judul “Seorang pengkhotbah Indonesia telah ditolak masuk ke Singapura karena ia memiliki sejarah ajaran ekstremis yang tidak dapat diterima di sini.”
Separah itukah pemikiran Abdul Somad sehingga “negara seupil”—mengambil istilah Fahri Hamzah—berani mengambil sikap demikian? Selain Singapura, dengan alasan yang sama, Somad juga pernah ditolak oleh tiga negara, yaitu Swiss, Belanda, dan Timur Leste.
Nama Abdul Somad sungguh sangat tidak asing di mata dan telinga masyarakat Indonesia. Wajahnya kerap menghiasi layar televisi nasional. Program dakwah kerap mengudangnya untuk memberi tausiah perihal Islam.
Kehadiran YouTube membuat gerak-geriknya semakin luas. Di mana pun ia berceramah, di penjuru dunia mana pun pasti bisa mengaksesnya—jika ada jaringan dan pulsa data.
Per tanggal 18 Mei 2022, kanal YouTube-nya, Ustadz Abdul Somad Official, sudah tembus 2.7 juta subscribers. Angka tersebut masuk dalam kategori kanal YouTube terkenal.
Masyarakat terpikat atas bahasa dan tutur kata Abdul Somad ketika berceramah. Kosakatanya sederhana, lugas dalam menjelaskan, dan pembawaan yang humoris membuat orang betah berlama-lama mendengarnya.
Selain pemberi ceramah bagi masyarakat, Abdul Somad adalah seorang pengajar atau dosen di kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau.
Memiliki nama lengkap Abdul Somad Batubara ini lahir 18 Mei 1977 di Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara. Ia memiliki garis moyang yang cendekia atau orang yang berilmu atau Tuan Syekh di kampungnya. Namun, Somad jarang menyebut moyangnya tersebut karena sang kakek bukan dari garis ayah, tetapi ibu.
Moyangnya bernama Syekh Abdurrahman, dijuluki Tuan Syekh Silau Laut I, seorang ulama sufi beraliran Tarekat Syattariyah kelahiran Rao, Batu Bara. Tuan Syekh pernah belajar ilmu agama Islam di Makkah, Arab Saudi. Sepulang dari Makkah, Tuan Syekh menghadap Sultan Asahan dan diberikan sebidang tanah yang nantinya dibangun sebuah rumah.
Rumah tersebut memiliki namanya “Rumah Besar”, satu arsitek dengan Istana Lima Laras di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara. Rumah Besar masih ada hingga sekarang.
Pengakuan Abdul Somad, “Kemudian beranak pinaklah Syekh Abdurrahman, punya anak perempuan bernama Siti Aminah. Siti Aminah punya anak perempuan bernama Hajjah Rohana. Hajjah Rohana punya anak, itulah saya Abdul Somad.”
Abdul Somad menempuh pendidikan dasar di SD Al-Washiliyah Medan, tamah tahun 1990. Masih di Kota Medan, ia melanjutkan ke MTs Mu'allimin Al-Washliyah, tamat tahun 1993.
Setahun setelahnya, Somad menimab ilmu ke Pondok Pesantren Darul Arafah, Deli Serdang. Kemudian keluarga Abdul Somad memutuskan merantau ke Kabupaten Pelalawan, Riau. Di tanah perantauan, Somad melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu.
Pada 1998, Somad mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Di Kairo, ia tinggal selama empat tahun. Setelah itu, ia melanjutkan ke Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), ambil Fakultas Pengajian Islam. Namun, di UKM hanya dua semester.
Kemudian, ia mendapatkan beasiswa S2 dari The Moroccan Agency of International Cooperation (AMCI) di Dar El-Hadits El-Hassania Institute, Maroko. Tahun 2006, ia meraih magisternya. Somad kembali ke kampung halaman. Sempat menjadi dosen di kampus swasta, lalu ia diterima menjadi dosen Bahasa Arab UIN Syarif Kasim.
Aktivitasnya tidak saja menjadi dosen, tetapi juga menjadi anggota MUI Provinsi Riau, anggota Badan Amil Zakat, hingga sekretaris Lembaga Bahtsul Masa'il Nahdalatul Ulama Provinsi Riau.
Dari jejak demikian, atas dasar apa sehingga Somad dianggap menyebarkan ajaran ekstrem?
Dalam tesisnya berjudul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Ustadz Abdul Somad Melalui Media Sosial YouTube” (2018), Syifa Hayati Islami menarik kesimpulan bahwa pemikiran dakwah Abdul Somad tidak lain ingin mencerdaskan masyarakat dari pemikiran primitif menuju pemkiran komprehensif.
Pemikiran dakwah yang digunakannya adalah strategi pemikiran dakwah yang sudah diajarkan Al-Alzhar, yaitu manhaj wasathiyayah (moderat), tidak ketimur-timuran dan tidak pula kebarat-baratan. Artinya, berada di tengah-tengah.
Mengutip Syifa lagi bahwa “Dari aktivitas dakwah Ustadz Abdul Somad yang fleksibel, dengan menerapkan manhaj wasathiyyah ini mewujudkan dampak atau pengaruh yang mampu menyatukan dan merekatkan umat. Sehingga, umat ini tidak saling menyalahkan dan meributkan perkara-perkara yang sebenarnya para ulama sudah tuntas membahasnya.”