Curhat Napi yang Tak Dibesuk saat Lebaran
Pihak Lapas pun memfasilitasi ini dengan menyediakan waktu besuk sejak pukul 09.00-17.00 WIB. Tapi, mereka hanya bisa bertemu selama 40 menit, tidak lebih. Kesempatan ini pun hanya dilaksanakan selama 2 hari, yakni di hari H dan H+1 Lebaran.
Sejak pagi, kolega warga binaan sudah mulai mengantre, meski loket pendaftaran besuk dibuka pada pukul 8.00 WIB. Mereka datang membawa sejumlah barang, kebanyakan makanan. Ada lontong sayur, sambal krecek, opor ayam, atau sambel goreng ati. Nikmat dan menggugah selera.
Saat waktu pertemuan tiba, tampak sekali kebahagian di antara mereka. Ada tangis dan tawa, ada yang menikmati hidangan lebaran, dan ada juga yang bercengkrama dengan keluarganya di Hari Kemenangan ini.
Namun, tidak semua narapidana dapat merasakan sukacita ber-Lebaran dengan keluarga. Seperti, narapidana kriminal pelecehan, AI (30) dan ZA (32) yang tidak dibesuk oleh keluarganya. Mereka hanya bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, tanpa bisa makan opor khas Lebaran.
AI adalah warga binaan Lapas Cipinang yang sudah tinggal selama 4 tahun 2 bulan dari total vonis 8 tahun untuk perkara pelecehan. Sedangkan ZA, ia telah mendekam selama 4 tahun 1 bulan, dari total vonis 8 tahun dengan perkara pelecehan. Keduanya, tidak memiliki kesamaan kasus.
AI tak tahu mengapa keluarganya tidak membesuknya. Dia mengaku sedih dengan hal ini. Padahal, dia ingin sekali kumpul keluarga seperti rekan narapidana yang lain. Lantaran minimnya akses komunikasi, ia jadi tidak tahu keberadaan keluarganya di hari yang fitri ini.
"Kenapa saya enggak dikunjungi saya juga enggak tahu. Keluarga jauh, di Tangerang. Pernah dijenguk, terakhir beberapa bulan yang lalu. Lebaran tahun ini saya pikir saya dijenguk, ternyata saya enggak. Ya wallahualam tidak tahu,” tuturnya kepada era.id di Lapas Cipinang, Jumat (15/6/2018).
"Tentunya sedih, kepingin kumpul sama keluarga,” tambahnya dengan mata berkaca-kaca.
Baca Juga : Setengah Jam Pertemuan Terkasih di Lapas Cipinang
Sementara, ZA, dia lebih tabah. Karena dia sudah tahu kalau Lebaran kali ini, keluarganya tidak akan membesuk. Dia tahu itu setelah sang ayah memberinya kabar pada tiga bulan lalu. Kala itu, sang Ayah berkata, memilih mudik ke Cirebon sehingga tak bisa membesuknya.
"Terakhir saya dijenguk 3 bulan yang lalu. Pas terakhir besuk, bapak saya bilang kalau ada nikahan saudara saya pas bentrok dengan Hari Raya," tutur ZA.
Tapi, dari lubuk hati yang paling dalam, ZA merasa rindu dan ingin kumpul bersama keluarga di momen spesial ini, meski, keluarganya rutin membesuknya.
Dia jadi ingat perayaan Lebaran tahun lalu, ketika dia dibesuk oleh keluarganya. Tidak hanya keluarganya, tetangganya pun ikutan membesuknya. Dia pun sempat tersenyum ketika mengatakan hal ini.
"Keluarga datang, ada tetangga juga datang, sampai 15 orang. Tapi ini kalau Hari Raya saja. Kalau lagi ada rezeki, ya bisa sebulan sekali saya dibesuk di hari biasa, karena kakak kan kerja, bapak juga ngojek,” tutur ZA yang mengaku kerap mendapatkan makanan enak dari keluarganya jika ia dibesuk.
Aktivitas Melipur Lara
Tenang, untuk narapidana yang tidak dibesuk keluarganya di Lebaran ini, ada kegiatan yang bisa mereka lakukan untuk sekedar menghapus lara, meski sesaat.
ZA, misalnya, dia tergabung dalam grup Pramuka lapas. Selama dua hari ini, dia diperbantukan menjadi petugas keamanan di area sekitar ruang besuk keluarga narapidana. Ini bisa jadi pengalih kerinduannya terhadap keluarga.
Baca Juga : Lapas Cipinang Mengeluh Kelebihan Kapasitas
Sedangkan AI, ia menjadi asisten di kantor petugas lapas untuk melakukan hal-hal seperti menerima tamu, membawakan minuman, dan lain-lain. Dia pun senang dengan aktivitas ini.
"Di sini banyak aktivitas dan diajarin keterampilan juga. Ya kita milih tergantung dari hati masing-masing. Bukan karena dipaksa kok, karena kita yang pilih dan minta," tutur AI.
Selama bulan Ramadan kemarin, mereka berdua juga punya aktivitas tambahan, yaitu aktivitas rohani. Dengan aktivitas itu, mereka jadi punya kegiatan yang positif. Mereka pun merasa semakin berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik dengan banyak mendalami ilmu agama.
"Di sini saya bisa belajar untuk semakin dewasa, di sini dapat pembelajaran yang kita enggak dapat di luar. Di luar itu kita jarang nyentuh masjid. Kalo di sini, kita mau ke masjid buat yang Muslim, dipersilakan. Buat yang agama lain, juga ada tempat ibadahnya," tutur AI.
Meski tahun ini tidak dikunjungi keluarga, mereka bisa merasa lega dan senang. Sebab, keduanya dapat hadiah remisi yang mereka terima di Idulfitri kali ini. AI mendapatkan remisi sebanyak 17 bulan, sedangkan ZA sebanyak 16 bulan. Dengan begitu, waktu berbaur bersama keluarga dan menjadi manusia seutuhnya sudah semakin dekat.
"Ya tentu pasti senang. Buat yang tidak dibesuk, tetap semangat. Semuanya juga pasti rindu untuk pulang,” tutur ZA.