Manisnya Puan, Kenang Momen Unik Antara Taufiq Kiemas, Muhammadiyah, dan NU
ERA.id - Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah dua organisasi besar di antara sekian banyak ormas Islam di Indonesia. Tak ayal, perbedaan pendapat di antara mereka kadang membuat anggotanya jadi berseberangan.
Itu baru persoalan tata cara keagamaan yang sederhana, belum tentang politik. Meski begitu, kedua organisasi ini patut kita jadikan contoh dalam hal menciptakan kedamaian di sekitar umat hingga kini.
Sekali lagi, ambillah sebanyak mungkin kebaikan dari dua organisasi ini. Nah, terkait Muhammadiyah dan NU, ternyata ada kisah menarik yang diceritakan Ketua DPR RI Puan Maharani.
Dalam sebuah tuliusan Facebook-nya, Puan mengaku kalau mendiang ayahnya, Taufiq Kiemas, pernah mempertemukan Muhammadiyah dan NU di satu tempat. Saat itu, dua organisasi ini masih kental berselisihnya.
"Setiap Ramadan kenangan saya atas Papa, almarhum Taufiq Kiemas, jadi lebih kuat rasanya. Bagi saya Papa adalah sosok yang arif lagi bijak. Mungkin saja seperti itu juga yang dirasakan oleh orang-orang lain di sekitarnya. Karena seringkali ucapannya bisa didengar dan diterima banyak orang.
Saya ingat pada peringatan Haul almarhum Papa pada 8 Juni 2016 lalu, Kiai Said Aqil bercerita soal sosok Papa yang luar biasa. Salah satunya adalah kemampuannya dalam mempertemukan kelompok yang kadang dianggap berseberangan," tulis Puan pada 6 April 2022 silam.
Saat itu, kata Puan, Taufiq sedang berulang tahun. Dalam momen yang baik itu, Taufiq membuat NU dan Muhammadiyah bertemu.
"Haul Papa dihadiri oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sekaligus. Dua organisasi yang jarang nampak bersama, mampu dipertemukan oleh haul Papa."
Puan mengaku paham kalau hal itu memang bisa terjadi. Tak ada konflik yang panjang. Alasannya sederhana, keluarganya, menghayati pemikiran-pemikiran Bung Karno.
"Termasuk dalam hal ini konsep Bung Karno terkait Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan. Bagi keluarga kami, termasuk juga Papa yang meneladani sosok Bung Karno, kedua konsep itu dihayati betul. Bahkan keduanya kami maknai sebagai konsep yang padu, bukan biner. Paduan konsep itu yang kami sebut sebagai 'Islam Nusantara yang Berkemajuan'," tandasnya.