Menjawab Mitos yang Menyelimuti Bung Karno: Mulai dari Harta Karun hingga Anak dari Pakubuwono X
ERA.id - Apa betul Soekarno seorang gemini? Penulis asal Jerman, Bernard Dahm, dalam bukunya Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan mengaku bingung dengan tanggal lahir Soekarno yang 6 Juni 1901. Dalam catatan stambuk atau buku induk siswa Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya, Dahm menemukan proklamator itu lahir pada 6 Juli 1902.
Dahm menduga, Raden Soekemi—ayah Soekarno—memudakan usia anaknya ketika memasukkan anaknya ke HBS.
Bangsa Indonesia mengetahuinya bahwa Bapak Proklamasi lahir pada 6 Juni 1901. Tepat hari ini. 121 tahun lalu. Ia lahir di Surabaya, dari pasangan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben (asal Singaraja, Bali) dan Raden Soekemi Sosrodihardjo (Probolinggo, Jawa Timur).
Walau presiden pertama RI itu telah lama tiada, tetapi pamor dan kisah-kisahnya masih dirawat hingga kini. Bahkan, Soekarno telah menjadi mitos. Kemitosannya yang kerap hadir di ruang publik adalah harta karunnya yang melimpah tersembunyi di beberapa negara, terutama di negara Swiss.
Seperti dilansir Majalah Tempo, (26/5/2003) dengan tajuk “Lagi, ‘Harta Karun’ Bung Karno”. Bahwa ada warga di kompleks Cileungsi Hijau, Bogor, Jawa Barat, bernama Soewito alias Soenuso Goroyo Soekarno mengaku menyimpan harta triliunan rupiah dalam bentuk ratusan platinum dan emas batangan murni—masing-masing seberat delapan ons.
Selain itu, ada sejumlah obligasi, antara lain berasal dari National Bank de Nedherland senilai US$ 870 juta. Ada tiga surat obligasi dari Creditte Suisse Bank, yang totalnya bernilai US$ 1,007 miliar. Pengakuan tersebut pada awal tahun 2000an.
Akan dikemanakan harta itu? “Harta karun ini siap saya sumbangkan ke negara untuk membantu pemerintah RI mengatasi krisis ekonomi,” ujar Soewito, dikutip secara verbatim dari Tempo.
Pengakuan seperti itu bukan pertama kali terjadi dan setelahnya terus terjadi. Pengakuan orang-orang yang begitu antusias terhadap harta karun Bung Karno. Alasan yang kerap terlontar bahwa mereka ingin membantu membayar utang negara Republik Indonesia.
Padahal, dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2019), halaman 372, Cindy Adams menuliskan pengakuan bahwa Bung Karno tidak memiliki rumah sendiri. Tidak ada tanah. Tidak ada tabungan. Lebih dari sekali ia tidak mempunyai sisa uang untuk pengeluaran rumah tangga.
“Di sebuah negara, Duta Besar kami terpaksa membeli piyama untukku. Satu-satunya piyama Presiden sudah sobek. Negara menyediakan tempat tinggal dengan cuma-cuma, bebas pemakaian listrik, empat buah mobil resmi dan tiga di dalam garasi untuk tamu negara—BUKAN 15 mobil pribadi seperti diberitakan oleh sebuah majalah luar negeri—dan mereka membelikan pakaian seragamku.”
“Tetapi akulah satu-satunya presiden di dunia yang tidak punya rumah sendiri. Baru-baru ini rakyatku menggalang dana untuk membangun sebuah gedung buatku, tapi di hari berikutnya aku melarangnya. Ini bertentangan dengan pendirianku. Aku tidak mau mengambil sesuatu dari rakyatku. Aku justru ingin memberi mereka.”
Pengakuan Soekarno kepada penulis Amerika Serikat itu sungguh menyayat hati. Presiden yang dielu-elukan oleh rakyatnya menderita di akhir hayatnya, bahkan Moh. Hatta tak kuat melihat sahabatnya yang tak bisa ke mana-mana karena menjadi tahanan kota.
Hal yang menjadi mitos lainnya bahwa Soekarno adalah anak dari Pakubowono X, sang raja dari Keraton Surakarta. Ini beririsan dengan sabdanya bahwa 100 tahun lagi atau tiga generasi berikut ada keturunannya yang mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi.
Pada seminar “Bung Karno Sebagai Pewaris Zamannya” yang diadakan oleh Akademi Jakarta di Cemara 6 Galeri-Museum 27 Juni 2019, Prof. Dr. Toeti Heraty mengutip buku Paku Buwono X: 46 Tahun Berkuasa di Tanah Jawa ([2014] karya Gunawan Sumodiningraf dan Ari Wulandari) bahwa Soekarno adalah anak dari Pakubuwono X.
Konon, Ida Ayu Nyoman Rai adalah istri selir dari Pakubowo X. Karena sudah mengetahui sabda kakek moyangnya bahwa akan ada keturunannya melawan dan mengusir penjajah Belanda, maka Pakubowo X berusaha menyembunyikan anaknya dengan cara Ida Ayu Nyoman Rai nikah dengan Raden Soekemi Sosrodihardjo—ayah Soekarno yang diketahui oleh banyak orang.
Sedangkan, dalam buku Perjalanan Spiritual Menelisik Jejak Satrio Piningit (2007), Tri Budi Marhaen Darmawan dan Nurahmad menuliskan, “Ibunda Soekarno adalah Ida Ayu Nyoman Rai seorang putri bangsawa Bali. Ayahnya seorang guru bernama Raden Seokemi Sosrodihardjo.
Namun dari penelusuran secara spiritual, ayahanda Soekarno sejatinya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul Koesno. Beliau termasuk "anak ciritan" dalam lingkaran keraton Solo.”
Mitos yang tak kalah luar biasanya adalah Soekarno masih hidup. Entah keyakinan macam apa yang dipegang oleh mereka yang percaya bahwa Presiden Pertama Republik Indonesia masih hidup.