Berhasil Ciptakan Senjata Api di Rumah Pakai Printer 3D, Remaja Australia Ditangap Polisi

ERA.id - Seorang remaja Australia didakwa atas pelanggaran pembuatan senjata api aktif. Ia ditangkap oleh polisi setelah senjata api buatannya disita. Senjata api yang berfungsi dengan baik itu diduga dibuat di rumah dengan printer 3D.

Polisi di Australia Barat berhasil menemukan senjata api itu dan sejumlah senjata api lainnya di rumah remaja itu di Bayswater, di timur laut Perth pada 3 Juni 2022. Penemuan ini dikumpulkan polisi usai mendapat surat perintah penggeledahan di rumah pria berusia 18 tahun itu pada awal Juni.

"Senjata api ini meskipun menyerupai mainan memiliki kemampuan untuk menyebabkan kerusakan serius dalam komunitas kita. Sangat memprihatinkan bahwa remaja ini mampu membuat senjata api ini di rumah dengan printer 3D dan bahan yang tersedia," kata Detektif Senior Sersan Blair Smith, dikutip CNN, Selasa (14/6/2022).

Menurut laporan, senjata plastik itu mampu menembakkan 15 peluru 9mm dengan satu tarikan pelatuk. Polisi menduga butuh dua hari untuk membuatnya dengan bahan yang harganya kurang dari 40 dolar Australia (Rp408 ribu). Sementara harga printer 3D berkisar 6.000 dolar Australia (Rp61 juta).

"Senjata api jenis ini tidak diatur, tidak berlisensi dan tidak memiliki tempat dalam komunitas kami. Pada dasarnya itu adalah senapan serbu 9mm semi-otomatis," jelas Smith.

Penemuan ini menandai pertama kalinya senjata api cetak 3D yang berfungsi penuh disita di Australia Barat. Polisi sejak itu memperkenalkan satuan tugas baru untuk secara khusus menargetkan orang-orang yang membuat persenjataan buatan sendiri.

Diketahui bagian luar senjata seberat empat kilogram ini terbuat dari plastik. Sedangkan bagian dalamnya terdiri dari bagian-bagian yang berfungsi penuh yang dibuat menggunakan teknologi 3D.

Selain mengamankan senjata api 3D, polisi juga turut mengamankan barang bukti lainnya seperti printer 3D, penekan, amunisi, stasiun manufaktur, dan sejumlah peledak gel.

Tahun lalu, pemerintah Australia Barat memberikan usulan untuk mengubah Undang-Undang senjata agar pembuatan senjata api plastik 3D menjadi ilegal. Berdasarkan dokumen tersebut, hukuman maksimum 10 tahun akan berlaku bagi siapa pun yang ketahuan memiliki rencana atau instruksi tentang cara membuatnya.

Di Austalia sendiri, warga sipil dilarang memiliki senajta otomatis penuh, dan seluruh kepemilikan senjata lainnya diatur secara ketat dan dibatasi untuk orang berusia di atas 18 tahun dengan lisensi yang sah.

Undang-Undang tersebut pertama kali diperkenalkan tahun 1996 setelah seorang pria bersenjata menembaki turis di Port Arthur, bekas penajra kolonial di Tasmania. Kejadian itu bahkan menewaskan sedikitnya 35 orang.

Pembantaian itu pun membuat warga Australia ketakutan dan pemerintah segera memperketat aturan kepemilikan senjata api. Sebuah amnesti senjata pun diluncurkan dan mendorong orang untuk menyerahkan senjata ke kantor polisi setempat secara anonim tanpa mendapat hukuman. Sedikitnya 640.000 senjata diterima di kantor polisi setempat.

Sejak saat itu amnesti jangka pendek diumumkan, sekitar 57.000 senjata diserahkan hanya dalam tiga bulan selama amnesti nasional terakhir pada tahun 2017. Pada Juli lalu, amnesti senjata nasional menjadi permanen.

Sementara itu, remaja di Australia Barat telah didakwa dengan pelanggaran termasuk pembuatan senjata api dan amunisi tanpa izin, dan kepemilikan senjata terlarang. Dia dijadwalkan hadir di pengadilan pekan depan.