Menghidupkan Kembali Sejarah Pesisir Jakarta
Untuk menjawab hal itu, kami mewawancarai sejarawan dari Universitas Indonesia (UI), JJ Rizal. Dia bilang, masyarakat Jakarta, terutama suku betawi mulai kelupaan dengan sejarah mereka sendiri. Kata JJ, Jakarta hari ini terlalu "mendarat".
Lihat saja bagaimana istilah yang biasa digunakan untuk orang-orang betawi yang kini telah berubah. Kini orang-orang betawi mulai melupakan istilah betawi pulo, atau betawi pesisir. Padahal, zaman dulu orang-orang betawi membagi diri mereka menjadi empat: betawi kota, pinggir, pulo, dan tengah.
Hal itu, kata JJ menyebabkan wilayah pesisir, yakni bagian utara Jakarta jadi kawasan yang penataannya paling buruk di antara wilayah Jakarta lain. "Kawasan Pantai Jakarta itu sudah lama dibicarakan pengamat tahun 70-80 itu sangat tercemar," kata JJ yang ditemui di Pasar Seni Ancol, Jakarta Utara, Jumat (22/6).
"Ini yang harusnya menurut saya dalam visi Jakarta yang identik dengan laut itu diingatkan kembali bagaimana merevitalisasi," tambah JJ.
JJ Rizal (Foto: Diah/era.id)
Kembali pada kekuatan maritim
Dalam beberapa tahun belakangan, penataan wilayah pesisir selalu jadi visi yang terpinggirkan. Padahal, kalau mengingat sejarah, wilayah pesisir harusnya jadi prioritas pembangunan. Harapan untuk membangun wilayah pesisir Jakarta sejatinya sempat muncul dalam pemerintahan Anies Baswedan-Sandiaga Uno ini, tepatnya ketika Gubernur Anies meresmikan Kapal Banawa Nusantara di Kepulauan Seribu pada Mei lalu.
Secara politik, hal itu sangat menyegarkan. Peresmian kapal yang dilakukan bertepatan dengan pencanangan HUT DKI itu, kata JJ dapat jadi pemantik visi politik untuk kembali menguatkan potensi maritim di wilayah pesisir Jakarta. Namun, JJ agak kecewa juga. Hingga saat ini, JJ mengaku belum melihat upaya konkret yang dilakukan pemerintahan Anies-Sandi.
"Anies tidak membuat visi politik besar diturhnkan dalam bentuk rencana. Misalnya, tuntutan soal pantai publik seperti pernyataan Anies beberapa waktu lalu. Kalau kendalanya tidak bisa di Ancol, pesisir Jakarta lain kan luas. Bisa dicari bisa di Marunda, Cilincing, Sunda Kelapa, tidak harus di Ancol," ucap JJ.
Karenanya, JJ berharap Anies melakukan tindakan konkret yang lebih tertata dalam bentuk program, bukan hanya melancarkan kata-kata dan retorika menyegarkan tentang penataan wilayah pesisir Jakarta. Sebab, sesegar apapun oase terlihat, ia tetap bukan air yang mampu melepas dahaga.
"Publik juga harus mendorong supaya Pak Gubernur bangun visi yang lebih luas, lebih besar, terkait dengan ulang tahun Jakarta yang dia (Anies) katakan bahwa Jakarta bukan hanya daratan tapi juga lautan," tutupnya.