3 Fakta Menarik Bagus Kahfi Striker Timnas, Sempat Dilarang Ayahnya Main Bola
ERA.id - Bagus Kahfi merupakan salah satu striker atau penyerang tim nasional U-19 Indonesia yang ramai dibicarakan belakangan ini. Melalui YouTube VINDES, Bagus Kahfi bercerita mengenai perjalanannya kariernya hingga menjadi pesepak bola profesional.
Dalam merintis kariernya, Bagus Kahfi ternyata mengalami banyak lika-liku, salah satunya tidak mendapat restu dari sang ayah. Bagaimana cerita selengkapnya? Yuk, simak fakta menarik Bagus Kahfi di bawah ini.
1. Tidak direstui sang ayah bermain bola
Ketika memulai karier sebagai pesepak bola, Bagus ternyata tidak mendapat restu dari ayahnya. Hal yang sama juga dirasakan oleh kembarannya Bagas Kaffa. Sang ayah tidak merestui karena menyukai otomotif khususnya motokros, sehingga menginginkan anak-anaknya bekerja di bidang yang sama.
"Dulu bapak nggak support sama sekali. Bapak sukanya otomotif. Bapak sama sekali nggak mau nonton," kata Bagus Kahfi.
Sang ayah akhirnya memberikan restu kepada Bagus dan Bagas usai mereka mencapai babak final di satu pertandingan. Saat itu pertama kali juga ayahnya menonton pertandingan mereka secara langsung.
"Akhirnya bapak mau support setelah melihat satu turnamen dan masuk final, dan dia pertama kali menonton," jelasnya.
2. Jual motokros untuk beli peralatan
Selain restu sang ayah, Bagus juga menghadapi kesulitan untuk membeli peralatan untuk bermain sepak bola. Untuk beli sepatu, Bagus harus menjual motokros miliknya.
"Habis itu motokros dijual semua buat beli sepatu bola. Itu kalau mau beli sepatu bola harus korbanin motor yang sudah dibeli," ungkapnya.
3. Mengenal sepak bola dari teman
Bagus ternyata mengenal sepak bola dari teman satu kampungnya. Temannya saat itu sangat hobi bermain bola, hingga akhirnya mengikuti Sekolah Sepak Bola (SBB). Saat mengikuti temannya bermain bola, sang ayah hanya membebaskan Bagus dan kembarannya.
"Terus di kampung ada teman yang ikut SSB, dan diajakin. Terus bapak 'ya sudah sana kalau mau', ngebebasin saja, nggak dilarang," ujar Bagus.
"Mas Gusnu, sebelah rumah, hampir sebelah rumah. Teman itu yang terus setiap hari ngantar bertiga, cengtri," lanjutnya.