Menerima Pulung atau Wahyu Keprabon, Ahli Spiritual Terawang Sosok Presiden 2024: Dikagumi di Mana-mana, Siapakah?
ERA.id - Masyarakat Indonesia sangat antusias menantikan Pilpres 2024. Walau masih 2 tahun lagi, namun masyarakat Indonesia sudah prediksi siapakah tokoh politik yang bakal maju di Pilpres 2024.
Sejumlah indigo, peramal hingga ahli spirtual berlomba-lomba menerawang sosok presiden 2024. Salah satunya ahli spiritual Romo Sabdo yang menerawang ciri-ciri dari presiden pengganti Jokowi.
Menurutnya, sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa presiden harus lebih dahulu menerima wahyu keprabon atau pulung. Jika tak menerima pulung atau wahyu, maka tidak bisa menjadi pemimpin atau presiden.
Dalam falsafah Jawa wahyu adalah wujud kelimpahan rahmat dan pencerahan Tuhan kepada seseorang. Wahyu juga sebagai tanda seseorang bakal menjadi lebih baik, sukses dan masyur.
Sementara itu, pulung merupakan cahaya yang jatuh dari langit berwarna biru kehijauan. Biasanya orang yang kejatuhan pulung hidupnya dipenuhi belas kasihan kepada sesama. Jatuhnya pulung akan memilih orang yang menjalani upaya lahir dan batin.
Walau presiden tidak memiliki wahyu, bisa jadi istrinya yang memegangnya. Sehingga, pulung dan wahyu tetap menyatu. Baginya, wahyu dan pulung memberikan dampak besar dan berpengaruh pada kehidupan alam semesta dan manusia.
"Kalau presiden ini punya wahyu dan pulung. Tetapi, wahyunya dipegang istrinya, tetapi toh menyatu. Akhirnya, wahyu dan pulung menjadi presiden," ujar Romo Sabdo Sejati, dikutip dari kanal YouTube NUSWANTORO SPIRIT.
Lebih lanjut, Romo Sabdo mengatakan sosok presiden harus memiliki wahyu dan pulung. Penyatuan wahyu dan pulung membuat pemimpin dihormati dan disegani oleh masyarakat.
"Sehingga suatu saat, jadi presiden wahyu dan pulung menyatu hingga akhirnya menjadi presiden. Suatu saat apabila jadi presiden wahyu dan pulung menyatu ya bisa berjaya dan dihormati seluruh orang," lanjutnya.
Romo Sabdo mengatakan jika istrinya meninggal dunia, maka wahyu bisa saja hilang. Sehingga, masyarakat tidak hormat dengan calon pemimpin tersebut. Ia melihat ada calon presiden yang tidak memiliki wahyu karena istrinya sudah tiada.
"Saat istrinya tidak ada, karena wahyunya hilang akhirnya penghormatan beliau berkurang. Itu bisa saja seperti itu, saya tidak akan beritahu siapa beliau ya jadi semuanya bisa dilihat," tuturnya.
Menurutnya, sosok calon presiden ini memiliki banyak penggemar. Tetapi, istrinya sudah meninggal dan membuat sebagian masyarakat Indonesia tidak hormat. Padahal, sosok calon presiden ini baik tetapi tidak memiliki wahyu dan tidak bisa menjadi pemimpin.
"Bisa saja presiden dikagumi orang dimana-mana. Tetapi, tidak bisa mengatasi siapa pemegang wahyunya. Hingga akhirnya, ditengah jalan tidak bisa mempertahankan reputasi kebaikannya dan akhirnya runtuh juga ditengah jalan," lanjutnya.