Said Didu Bilang Ada Islamofobia di Indonesia, Mahfud MD Menegur: Mau Komentar, Baca Dulu

ERA.id - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menegaskan tidak ada islamofobia, takut, atau benci terhadap Islam di Indonesia.

Secara langsung dia menegur eks Staf Khusus Menteri ESDM Sudirman Said pada 2014 silam, Muhammad Said Didu yang bilang islamofobia ada dan dibiarkan oleh pemerintah.

"Pak Didu, kalau mau komentar baca dulu ya. Saya bilang kalau yang dimaksud Islamofobia itu kebencian dan ketakutan pemerintah terhadap Islam, maka itu tidak ada. Wong umat Islam di Indonesia sudah bebas masuk dalam berbagai lapangan polsosbud dan institusi Islam tumbuh pesat."

"Kalau orang bilang celana cingkrang, cadar itu kearaban dan kadrun itu yang bilang bukan pemerintah tapi kelompok orang terhadap kelompok lain. Kalau itu dianggap Islamofobia maka ada juga dong Kristenfobia, Hindufobia, Katolikfobia. Ada 'orang' yang mengejek ritual Hindu, ada isu Kristenisasi."

"Ada yang bilang di salib ada jin kafir. Itu bukan fobia negara, tapi pernyataan orang. Yang bilang kadrun, cadar, Arab itu misalnya Abu Janda, bukan pemerintah. Jadi kalau dari orang ke orang secara privat, fobia itu tertuju terhadap semua agama. Tapi Pemerintah tidak benci, tidak takut, tidak fobia terhadap Islam," tulis Mahfud lewat akun Twitternya, Selasa (26/7/2022) yang dilihat ERA pada Rabu (27/7/2022).

Sebelumnya Mahfud memang bilang kalau orang Islam bebas bersaing di politik, di pemerintahan, intelektual, sudah bebas. Mahfud bertanya, fobianya di mana, saat menjadi pembicara dalam Dialog Kebangsaan Imaji Satu Abad Indonesia di kampus terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Sleman, Selasa kemarin.

Mahfud menyayangkan belakangan muncul unggahan yang ramai di media sosial yang menyebut ada fenomena islamofobia di Indonesia.

Pemerintah saat ini, menurut Mahfud, justru tengah berupaya membangun Indonesia dengan berlandaskan nilai-nilai luhur keislaman.

"Indonesia ini sedang kita bangun, kalau bagi umat Islam ini tadi islamiah, islami, Islam sebagai nilai-nilai keluhuran. Islam yang terbuka, Islam yang kosmopolit kesewargaan, menganggap orang yang lain sama. Akan tetapi, urusan ibadah, ya, saya sendiri, Anda sendiri," kata Mahfud.

Menurut dia, islamofobia setidaknya memiliki arti takut terhadap orang Islam, kemudian membuat kebijakan yang anti-Islam.

"Enggak ada, nih, pemerintah kita yang takut kepada orang Islam, malah pemerintahanya seneng, tuh, menyatakan Islam, bawa sajadah, menteri-menteri bawa sajadah, Presiden ke masjid bawa sajadah, Presiden ke pesantren enggak takut, tuh, mengaku Islam," ucapnya.

Selain takut, menurut dia, fobia juga mengandung arti membenci. "Tidak ada yang benci. Orang Islam boleh bersaing semua," kata dia.

Selain tidak ada islamofobia, kata Mahfud, saat ini peluang umat Islam untuk maju jauh lebih luas ketimbang zaman Orde Baru.

"Banyak profesor di UGM yang saya baru tahu kalau mereka orang NU (Nahdlatul Ulama) itu sesudah reformasi karena zaman Orde Baru itu enggak berani mengaku, ada fobi. Sekarang tidak ada fobia," katanya lagi.

Mahfud juga membandingkan keleluasaan umat Islam saat ini dengan era Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef pada masa Orde Baru yang membatasi penggunaan busana muslim.

"Dahulu zaman Daoed Joesoef memang orang resmi dilarang pakai jilbab, resmi dilarang, itu fobia namanya. Kalau sekarang tidak. Bahkan, (sekarang) polisi sendiri punya pakaian muslim, masak dibilang fobia," ujar Mahfud.