Pasukan Perempuan Penjaga Perdamaian dari Rwanda
Kontingen tersebut adalah tim perempuan pertama yang akan dikirim untuk misi luar negeri oleh negeri itu. Perempuan polisi pasukan pemelihara perdamaian tersebut, dijadwalkan meninggalkan negeri itu dalam beberapa hari ke depan.
Pasukan itu bakal difungsikan untuk menangani masalah ketenangan masyarakat, seperti mengendalikan massa, memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan, hingga melaksanakan tugas pengawalan dan perlindungan instalasi PBB.
Saat berbicara kepada kontingen tersebut sebelum penggelaran, Wakil Inspektur Jenderal Polisi Dan Munyuza mendesak kesatuan itu agar sepenuhnya mematuhi disiplin meski berada dalam lingkungan yang mudah bergolak.
"Kalian dilengkapi dengan baik, dilatih dengan baik dan disiplin. Rwanda mengharapkan kalian mematuhi standar tertinggi perilaku dan bertindaklah dengan cara yang profesional dan disiplin dan selalu berjuang untuk melindungi serta meningkatkan citra Rwanda di luar negeri," tutur Munyuza.
Munyuza, sebagaimana dilaporkan Antara di Jakarta, Rabu pagi, menyerukan kontingen itu agar mempertahankan komitmen mereka untuk dan mendukung operasi PBB di Sudan Selatan.
Pada 2009, mantan sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon melancarkan kegiatan untuk meningkatkan bagian perempuan dalam pasukan pemelihara perdamaian jadi sepuluh persen di dalam kesatuan militer dan 20 persen di kesatuan polisi sampai 2014. Namun sasaran tersebut luput, kata PBB.
Rwanda pertama kali mengerahkan polisi pemelihara perdamaiannya ke Sudan Selatan pada 2015, kata polisi. Negeri itu adalah satu satu negara utama yang menyumbang polisi dan prajurit militer buat misi pemelihara perdamaian PBB.