ERA.id - Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah Renson mengatakan, sejumlah lahan pertanian milik warga setempat mulai terdampak banjir kiriman.
"Kalau pertanian kita, untuk sementara sampai 12 September lalu, ada di Kelurahan Tanjung Pinang, Kecamatan Pahandut yang mulai terdampak," kata Renson di Palangka Raya dikutip dari Antara, Selasa (13/9/2022).
Dia menerangkan, luas lahan yang terdampak luapan debit air sungai yang melintasi Kota Palangka Raya seluas 10 hektare dan merupakan lahan produktif.
"Lahan produktif seluas 10 hektare itu terdiri dari tiga hektare tanaman buah semangka dan tujuh hektare lahan yang ditanami sayur-sayuran," kata Renson.
Dia menambahkan, 10 hektare lahan itu dikelola tiga kelompok tani dan 25 petani. Kondisi tersebut menyebabkan pertanian di lokasi tersebut terancam gagal panen.
Saat ini, DKPP "Kota Cantik" fokus pada pendataan lahan pertanian terdampak luapan air sungai. Pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena kondisi ini terjadi karena merupakan banjir kiriman.
"Kondisi kita cukup rumit karena banjir ini kiriman dari wilayah hulu sungai. Sembari terus melakukan pendataan, kami juga menyiapkan upaya penanganan lahan pasca banjir," kata Renson.
Seiring kondisi lahan pertanian yang terdampak banjir, ia pun mengajak masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan agar lebih produktif. Salah satunya dengan menanam aneka sayuran, sehingga minimal dapat memenuhi sebagian keperluan sehari-hari.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani mengatakan, saat ini sejumlah kelurahan di kota setempat telah terdampak banjir kiriman akibat hujan yang terus mengguyur wilayah hulu sungai.
Wanita berhijab itu mengatakan, dari hasil pemantauan tim BPBD "Kota Cantik" ketinggian air akibat luapan sungai itu berkisar antara 5-35 centimeter.
"Untuk itu, dalam rangka memberikan informasi potensi bencana banjir, tim BPBD secara berkala melakukan pemantauan tinggi air sungai di titik-titik pantau yang telah ditetapkan," kata Emi.
Dia pun mengimbau masyarakat di dataran rendah dan Daerah Aliran Sungai (DAS) mewaspadai kenaikan tinggi air akibat banjir kiriman tersebut.
"Yang tidak kalah penting, seiring dengan meningkatnya curah hujan dan tinggi debit air, kami minta masyarakat memantau instalasi listrik yang dimiliki. Jangan sampai karena kelalaian justru terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Emi.