ERA.id - Guru di SMK Telkom Sekar Kemuning, Kota Cirebon, bernama Muhammad Sabil (34), dipecat usai bertanya kepada Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil.
Ia diberhentikan dari tempatnya mengajar dengan tiga alasan, satu di antaranya dianggap melanggar etika guru.
Pemberhentian Sabil bermula dari komentarnya di unggahan Ridwan Kamil ketika sedang melakukan pertemuan virtual dengan SMP di Tasikmalaya yang patungan untuk membeli sepatu kepada temannya pada Selasa (14/3/2023).
Terlihat dalam unggahan itu, Ridwan Kamil mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan jas berwarna kuning. Unggahan itu pun dikomentari oleh Sabil.
"Dalam zoom ini, maneh teh keur (anda itu sedang) jadi sebagai gubernur, kader partai, atau pribadi Ridwan Kamil?" begitu komentar Sabil kepada Ridwan Kamil.
Komentar itu pun ditanggapi oleh Ridwan Kamil dan komentar Sabil ditandai sehingga berada di paling atas dalam unggahan itu.
Kalimat tanggapan dari Ridwan Kamil kepada Sabil pun seperti kepada rekan sebaya. "Menurut maneh kumaha (kamu bagaimana)?" begitu balasan Ridwan Kamil kepada Sabil.
Sontak komentar Sabil itu dihujat warganet lainnya yang juga turut berkomentar di unggahan tersebut. Bahkan salah seorang warganet sampai memberikan tanda di SMK Telkom Sekar Kemuning Kota Cirebon.
Diketahui sekolah itu berstatus swasta dan milik Yayasan Miftahul Ulum. "Banyaklah komen netizen pada nyerang, baik di postingan RK, bahkan postingan IG aku, sampai menandai lembaga tempat aku bekerja dengan kalimat-kalimat kasar," kata Sabil pada Rabu (14/3/2023).
Sabil mengungkapkan, ia memperlihatkan informasi yang menyebutkan Ridwan Kamil melayangkan pesan melalui akun media sekolah agar memperingati Sabil.
"Lalu RK nge-DM IG sekolah saya untuk ngasih peringatan ke saya. Tidak hanya itu, RK ngasih perintah ke Kepala KCD, lalu kepala KCD menghubungi kepsek aku untuk melepaskan/mencabut data Dapodik (Data pokok pendidikan) guru aku dari sekolah," ungkapnya.
Terpisah, Dosen Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Gugun Gunardi menilai kata 'maneh' merupakan kata yang kasar. "Maneh itu kata-kata kasar jadi yang lemes mah anjeun, salira, pangersa, itu halus," kata Gugun melalui sambungan telepon.
Gugun menjelaskan, penggunaan kata halus dalam bahasa Sunda untuk menegur pun bisa menunjukkan kemarahan. Apalagi, penggunaan kata kasar akan menyebabkan ketersinggungan.
"Kalau dengan kata-kata kasar, orang itu akan langsung tersinggung. Tapi kalau menggunakan kata halus, orang itu akan berpikir dan memperbaiki sesuatu yang dia katakan," jelasnya.