ERA.id - Seratusan rumah warga di Kompleks Jakarta (Jawa, Karo, Tapanuli) Desa Deli Tua dan Desa Batu Penjemuran, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, mengeluh jadi langganan banjir.
Eman (40) warga Kompleks Jakarta mengatakan, banjir kerap merendam rumah warga di saat hujan turun. Volume air bisa sampai selutut orang dewasa.
"Kalau sudah hujan ini semua terendam. Ruang tamu, kamar, semua terendam. Banyak barang perabot dan elektronik ini rusak karena banjir," kata Enan, ditemui di kediamannya Kompleks Jakarta, Jumat (3/9/2021).
Menurutnya kondisi yang dialami hampir seluruh warga di kompleks tersebut lantaran drainase yang menjadi satu-satunya pembuangan air untuk selanjutnya dibuang ke Sungai Deli, ditutup.
"Asal hujan selalu banjir. Nanti nggak tentu, bisa hujan satu jam banjir. Kalau dulu gak ada banjir-banjir di sini, sekarang aja sejak parit pembuangan itu di tutup," ungkapnya.
Pantauan di lokasi Kompleks Jakarta sejumlah rumah warga air masih menggenang di saluran drainase hingga di dalam rumah. Air yang menggenangi halaman rumah warga belum surut meski dari tembok rumah terlihat air sebelumnya setinggi lutut orang dewasa.
Sebelumnya, seorang nenek warga Desa Deli Tua, Kecamatan Norambe mengeluhkan kondisi rumahnya yang terendam banjir melalui unggahan video dan viral di media sosial. Sang nenek mengeluhkan bahwa sejak tinggal di rumah tersebut tahun 1978, tidak pernah terjadi banjir di wilayah tersebut.
"Saya minta tolong kepada kepala desa, camat, bupati, gubernur Sumatera Utara, agar memperhatikan rumah ku ini anak ku. Aku sudah tidak, mulai sejak tahun 78 aku disini tidak pernah banjir," ucapnya lirih.
Iknasius Sinuhaji mengatakan penyebab banjir yang menggenang ratusan rumah penduduk tersebut diakibatkan penutupan drainase yang dilakukan oleh tempat penangkaran buaya dan pembangunan perumahan.
Menurutnya drainase tersebut adalah satu-satunya jalur pembuangan air saat hujan menuju Sungai Deli. Namun lantaran drainase disumbat mengakibatkan genangan hingga dan masuk ke perumahan warga.
"Tempat penangkaran buaya itu menutup jalur air sehingga meluap ke rumah warga. Sementara di samping lahan penangkaran itu sedang dibangun perumahan dan kembali menutup saluran drainase dan mengalihkannya ke jalur lain. Ya akibatnya gak sanggup menampung volume air," kata Iknasius.
Dia dan 150 warga lain yang merasa terdampak atas penutupan drainase itu mendesak pemerintah agar pihak penangkaran buaya tidak menutup drainase.
"Kami berharap pihak penangkaran buaya dan pihak deplover membuka kembali saluran drainase agar wilayah kami tidak banjir," pungkasnya.