Migrain Lebih Rentan Dialami Perempuan, Kenapa?

| 14 Jun 2024 12:10
Migrain Lebih Rentan Dialami Perempuan, Kenapa?
Ilustrasi migrain pada perempuan (Freepik)

ERA.id - Migrain dapat ditandai dengan keluhan sakit kepala sebelah. Ternyata, dokter menyebutkan kalau perempuan justru lebih berisiko mengalami migrain daripada pria. Mengapa demikian?

Migrain adalah nyeri kepala berulang yang terjadi di satu sisi. Gejala migrain bisa bertambah berat apabila penderitanya melakukan aktivitas fisik intens.

Dokter spesialis neurologi dr. Restu Susanti, Sp.N(K). M.Biomed menjelaskan, salah satu alasan perempuan lebih berisiko mengalami migrain dibandingkan pria karena faktor fisiologis.

"Perempuan mempunyai peluang untuk menderita migrain tiga sampai empat kali lebih sering dibandingkan pria," kata Restu dalam acara diskusi kesehatan yang digelar secara daring, seperti dikutip Antara.

Menurut dia, gejala migrain pada perempuan biasanya terjadi dalam durasi lebih lama serta memiliki risiko kambuh lebih tinggi dan waktu pemulihan lebih lama dibandingkan pada pria.

"Biasanya disertai dengan gejala mual, muntah, ataupun pasiennya merasa sensitif terhadap suara atau cahaya terang," kata Restu, dokter sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu.

Restu menjelaskan, serangan migrain pada perempuan memiliki keterkaitan dengan hormon. Peningkatan hormon estrogen pada perempuan, terutama dalam siklus menstruasi atau kehamilan, berperan dalam peningkatan kadar calcitonin gene-related peptide (CGRP), yang bisa memicu serangan migrain.

"Pada wanita akan terjadi perubahan hormonal mulai dari pubertas, menstruasi, hamil, dan menopause. Dikatakan bahwa pada wanita estrogen memegang peran penting terhadap CGRP sebagai pencetus migrain," Restu menjelaskan.

Menurut dia, intensitas migrain pada perempuan biasanya mulai meningkat pada masa pubertas dan memuncak pada masa reproduksi serta menurun saat perempuan memasuki masa menopause.

Serangan migrain terus-menerus, Restu mengatakan, dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan gangguan emosional yang berujung pada masalah dalam bersosialisasi serta mempengaruhi pengasuhan anak pada penderita yang sudah berkeluarga.

"Apabila hal ini (migrain) terus berlanjut, tentu dampak yang didapatkan adalah penderita yang memiliki anak akan mempengaruhi parenting dan prestasi akademik anaknya," katanya.

Dia mengemukakan bahwa gejala migrain bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, yang mencakup olahraga teratur, makan sehat, serta tidur cukup dan teratur.

Selain itu, ia menyampaikan pentingnya menerapkan manajemen stres, membatasi konsumsi kafein, menghindari minuman beralkohol, berhenti merokok, dan minum obat teratur sesuai anjuran dokter dalam upaya mengatasi migrain.

Rekomendasi