ERA.id - Menurut banyak laporan, salah satu yang dapat menyebabkan terinfeksinya virus korona dengan mudah adalah rendahnya sistem imunitas tubuh, sehingga kanker pun menjadi salah satu faktor risiko terbesar.
Tingkat infeksi SARS-COV-2, di salah satu institusi, menunjukkan angka 0,79% pada pasien onkologi dibandingkan dengan pasien pada umumnya dengan angka 0,39%. Pasien kanker paru pun lebih rentan terinfeksi dengan angka risiko 25%-38% dibandingkan dengan kanker lainnya.
Penyintas kanker paru Megawati Tanto, yang juga Koordinator Kanker Paru Cancer Information & Support Center (CISC) mengakui beratnya tantangan yang dihadapi oleh pasien kanker paru.
Para pasien kanker, termasuk kanker paru, sangat bergantung pada pelayanan. Dan jika penindakan dan layanan kesehatan selama masa pandemi terganggu, seperti waktu tunggu yang lama ataupun ketidaktersediaan obat yang dijamin maupun yang tidak dijamin BPJS akan berdampak buruk pada riwayat kesehatan pasien kedepannya.
"Kami sungguh berharap agar penyedia layanan kesehatan tidak mengesampingkan akses pelayanan kanker. Oleh karena itu, perlu penguatan kolaborasi antar semua pemangku kepentingan terkait kanker dalam upaya promotif, preventif, diagnosis, kuratif, rehabilitatif dan paliatif untuk penanggulangan kanker nasional di masa pandemi COVID-19 menuju adaptasi kebiasaan baru," ujar Megawati Tanto dalam webinar Memperingati Hari Kanker Paru Sedunia, Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru (IPKP).
Adapun beberapa rekomendasi yang dihasilkan yang perlu digarisbawahi adalah bahwa akses layanan kesehatan bagi penyintas kanker harus menjadi prioritas di masa pandemi.
"Penyedia layanan kesehatan dihimbau untuk menjadikan prosedur diagnosis kanker sebagai prioritas layanan kanker dan pemberian terapi lini pertama, khususnya bagi pasien baru dan stadium lanjut perlu diterapkan tanpa membatasi akses layanan kanker dan tetap mengikuti tatalaksana layanan kanker selama pandemi COVID-19," tandasnya.