ERA.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan permohonan kemanusiaan senilai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp18,74 triliun) untuk membantu 2,7 juta warga Palestina. Dewan Keamanan PBB (DK PBB) juga turut menggelar sidang untuk keenam kalinya dengan topik yang sama, gencatan senjata.
“Saya sangat prihatin dengan pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan. Biar saya perjelas: Tidak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di atas hukum kemanusiaan internasional,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di New York, dikutip Antara, Selasa (7/11/2023).
Menggambarkan situasi di Gaza "lebih dari sekadar krisis kemanusiaan", Guterres menekankan bahwa warga di daerah kantong Palestina tersebut sedang menghadapi krisis kemanusiaan, yang mengguncang dunia dan kawasan. Guterres menegaskan bahwa perlindungan warga sipil harus menjadi prioritas utama.
Lalu, kata Guterres, dia menyoroti bahwa Gaza telah menjadi kuburan anak-anak, dengan ratusan anak perempuan dan laki-laki dilaporkan terbunuh atau terluka setiap hari.
“Bencana yang terjadi membuat gencatan senjata kemanusiaan menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu,” kata Guterres.
“Pihak-pihak yang berkonflik dan tentu saja komunitas internasional menghadapi tanggung jawab mendasar dan mendesak untuk menghentikan penderitaan yang tidak manusiawi, dan secara dramatis memperluas bantuan kemanusiaan ke Gaza,” ujar dia menambahkan.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) kembali menggelar pertemuan untuk keenam kalinya terkait desakan gencatan senjata Isreal-Hamas. Dewan tersebut yang bertemu atas permintaan Uni Emirat Arab dan China.
Kelima belas anggota dewan akan mendapatkan pengarahan dari Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffith dan Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland.
Sebelum sidang, Michel Xavier Biang, perwakilan Gabon di PBB yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan, membuat pernyataan kepada media mengenai ketidakmampuan DK mencapai kesepakatan.
Biang mengatakan persaingan antara negara adidaya menjadi salah satu masalah utama, sementara lainnya adalah ketidakmampuan mencapai konsensus. Dia menekankan bahwa negaranya mendukung gencatan senjata segera.
Bulan lalu, empat rancangan resolusi mengenai Gaza diveto di Dewan.
Sedikitnya 10.022 warga Palestina, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 perempuan, tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza. Jumlah korban tewas di Israel hampir 1.600, menurut angka resmi. Selain banyaknya korban jiwa dan arus pengungsi besar-besaran, persediaan bahan pokok semakin menipis bagi lebih dari 2 juta penduduk Gaza akibat pengepungan Israel.