Dua Pelaku Pemboman Gereja Katolik di Filipina Ditangkap, Terafiliasi Pendukung ISIS

| 07 Dec 2023 10:00
Dua Pelaku Pemboman Gereja Katolik di Filipina Ditangkap, Terafiliasi Pendukung ISIS
Pelaku bom gereja filipina (Dok: Istimewa)

ERA.id - Polisi Filipina menetapkan dua warga Filipina anggota kelompok militan pro-ISIS pada Rabu (6/12/2023) sebagai tersangka dalam pemboman mematikan terhadap misa Katolik di wilayah selatan yang dilanda pemberontakan di negara itu.

Empat orang tewas dan 50 lainnya luka-luka dalam serangan hari Minggu (3/12/2023) terhadap jamaah yang berkumpul di dalam gedung olahraga universitas di Marawi, kota Muslim terbesar di negara itu, yang dikepung oleh militan pada tahun 2017.

Kelompok ISIS mengklaim pemboman tersebut, yang menurut Presiden Ferdinand Marcos dilakukan oleh "teroris asing".

Polisi mengatakan sebelumnya mereka mengejar empat pria sehubungan dengan penyerangan tersebut, yang oleh militer digambarkan sebagai kemungkinan serangan balas dendam atas operasi mereka terhadap kelompok militan di wilayah tersebut.

Menurut kepala wilayah kepolisian Brigadir Jenderal Allan Nobleza, dua tersangka itu ialah Kadapi Mimbesa dan Arsani Membisa, yang berasal dari kelompok Dawlah Islamiyah-Maute. Keduanya bertindak sebagai pengintai para penyerang.

“Kami mengerahkan seluruh sumber daya kami untuk memastikan para pelaku dipenjarakan sehingga mereka dapat menjawab kejahatan yang telah mereka lakukan,” kata Nobleza, dikutip AFP, Kamis (7/12/2023).

Maute adalah salah satu kelompok pro-ISIS yang mengepung Marawi pada tahun 2017.

Militer Filipina merebut kembali kota yang hancur itu setelah pertempuran selama lima bulan yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.

"Para saksi mengatakan kepada polisi bahwa Mimbesa dan Membisa mengenakan masker ketika mereka memasuki gym sebelum kebaktian hari Minggu dan terlihat bertingkah mencurigakan," kata Nobleza.

Lalu, kata Nobelza, orang-orang tersebut sudah dicari oleh polisi karena kepemilikan ilegal bahan peledak dan pembunuhan.

Serangan militan terhadap bus, gereja Katolik, dan pasar umum telah menjadi ciri kerusuhan yang telah berlangsung selama beberapa dekade di wilayah tersebut.

Manila menandatangani pakta perdamaian dengan kelompok pemberontak terbesar di negara itu, Front Pembebasan Islam Moro, pada tahun 2014, mengakhiri pemberontakan bersenjata mematikan mereka.

Namun masih ada kelompok kecil pejuang Muslim yang menentang perjanjian perdamaian, termasuk militan yang mengaku setia kepada kelompok ISIS. Pemberontak komunis juga beroperasi di wilayah tersebut.

Rekomendasi