Kasus Kematian Anak Meningkat, India Larang Anak di Bawah 4 Tahun Konsumsi Obat Flu Sirup

| 22 Dec 2023 13:15
Kasus Kematian Anak Meningkat, India Larang Anak di Bawah 4 Tahun Konsumsi Obat Flu Sirup
Anak india meninggal akibat obat flu sirup (Dok: Freepik/Master1305)

ERA.id - Pengawas obat-obatan terlarang di India melarang kombinasi obat flu untuk digunakan pada anak-anak di bawah usia empat tahun.

Larangan ini muncul setelah serentetan kematian anak di Gambia dan Uzbekistan terkait dengan sirup obat batuk buatan India tahun lalu.

Di India, setidaknya 12 anak meninggal antara tahun 2019 dan 2020 diduga setelah mengonsumsi obat serupa.

Namun, produsen obat-obatan ini membantah melakukan kesalahan dan mengatakan produk mereka aman untuk digunakan.

Menurut laporan BBC, kombinasi terlarang tersebut mencakup tiga obat yaitu klorfeniramin maleat dan fenilefrin dan telah disetujui pada tahun 2015. Obat ini digunakan dalam sirup obat batuk dan tablet untuk mengobati gejala flu biasa.

Perintah tersebut, yang diumumkan pada hari Rabu, mewajibkan produsen obat yang menjual kombinasi tersebut untuk memberi label pada produk mereka dengan peringatan bahwa obat tersebut tidak boleh digunakan oleh anak-anak di bawah usia empat tahun.

Sirup obat batuk India mendapat sorotan tahun lalu setelah WHO mengeluarkan peringatan global atas empat sirup obat batuk buatan India yang diduga terkait dengan kematian 66 anak di Gambia.

Analisis laboratorium terhadap sampel sirup mengkonfirmasi adanya "jumlah yang tidak dapat diterima" dietilen glikol dan alkohol beracun lainnya yang disebut etilen glikol.

Kematian serupa dilaporkan di Uzbekistan, di mana 18 anak meninggal hingga tahun 2022 diduga setelah mengonsumsi sirup obat batuk buatan India, menurut kementerian kesehatan negara tersebut.

Di wilayah Jammu, India, setidaknya 12 anak berusia antara dua bulan hingga enam tahun meninggal pada tahun 2019 setelah meminum sirup obat batuk yang diduga beracun.

Regulator India pernah mengatakan bahwa kematian yang dilaporkan di negara tersebut hanya terjadi satu kali saja.

WHO juga mengatakan bahwa empat sirup obat batuk yang dikaitkan dengan kematian anak di Gambia memenuhi spesifikasi ketika diuji di rumah, sebuah klaim yang dibantah oleh WHO.

Namun, mereka membatalkan izin produksi perusahaan yang produknya diduga menyebabkan kematian di Uzbekistan.

Negara ini juga telah meningkatkan pengawasan terhadap obat-obatan pada bulan Juni, pemerintah mewajibkan perusahaan untuk menguji sirup obat batuk mereka sebelum mengekspornya ke belahan dunia lain.

Rekomendasi