ERA.id - India, per Rabu (16/9/2020) menjadi negara kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, dengan jumlah kasus COVID-19 di atas angka 5 juta. Hari itu pun jumlah kasus positif COVID-19 di India melonjak 90,123 kasus dalam waktu 24 jam terkahir.
Sementara itu angka kematian akibat COVID-19 di India juga naik ke angka 82,066 jiwa, kata Kementerian Kesehatan India, setelah 1.290 warga wafat dalam waktu 24 jam akibat infeksi virus korona tersebut.
Pakar kesehatan menilai, dengan tingkat persebaran infeksi COVID-19 yang sangat cepat, India diperkirakan akan menjadi hotspot terbesar kasus positif COVID-19 di dunia, melampaui Amerika Serikat yang saat ini mencatat adanya 6,6 juta pasien korona.
Berdasarkan data Covid-19 India, pasien COVID-19 paling banyak terdapat di negara bagian Maharashtra, yaitu mencapai 1.097.626 pasien. Angka ini hampir dua kali jumlah pasien COVID-19 di Andhra Pradesh (583,925 kasus) yang merupakan kawasan dengan jumlah kasus korona terbesar kedua di India.
Kondisi sistem kesehatan India yang tidak merata antar negara bagian ditengarai menjadi penyebab kenapa COVID-19 menyebar dengan sangat cepat di kawasan pedalaman, yang menjadi tempat tinggal bagi 600 juta warga India.
Kini, di tengah ekonomi India yang mengkeret hingga 24 persen, India tengah merelaksasi aturan karantina wilayah (lockdown) yang diberlakukan sejak Maret. Pertokoan, kantor, bar dan restoran kembali buka. Bandara dan layanan kereta api dibuka juga untuk keperluan evakuasi.
Meski angka kasus infeksi COVID-19 di India meroket, tingkat kematian di India relatif rendah, yaitu 1,6 persen. Menurut Unitersitas John Hopkins, angka tersebut cukup rendah dibandingkan angka 3 persen di Amerika Serikat dan Brazil. Namun, seperti disampaikan Menteri Kesehatan Rajesh Bhushan, pasien di rumah sakit berada dalam kondisi yang memprihatinkan karena hanya 6 persen pasien opname yang mendapatkan tabung oksigen. Sementara itu, 0,31 persen pasien mendapat ventilator. Bahkan di ICU pun, hanya 2,17 persen pasien yang mendapatkan tabung oksigen.