Terperangkap Kawat Berduri, Pengungsi Rohingya Tak Bisa Selamat dari Kebakaran di Cox's Bazar

| 23 Mar 2021 18:23
Terperangkap Kawat Berduri, Pengungsi Rohingya Tak Bisa Selamat dari Kebakaran di Cox's Bazar
Kebakaran terlihat di kamp pengungsi Balukhali di Cox's Bazar, Bangladesh, Senin (22/3/2021), dalam foto yang didapatkan dari media sosial. (ANTARA FOTO/Rohingya Right Team/Md Arakani/via REUTERS/hp/cfo)

ERA.id - Otoritas Bangladesh mulai menyelidiki penyebab kebakaran besar yang menewaskan beberapa orang di kamp pengungsi Rohingya, sementara para petugas, pada Selasa, (23/3/2021), berupaya menemukan lebih banyak korban di antara puing-puing.

"Penyebab kebakaran masih belum diketahui. Pihak berwenang sedang menyelidiki untuk menentukan sebab kebakaran itu," kata Zakir Hossain Khan, seorang pejabat senior kepolisian Bangladesh, dikutip dari ANTARA.

Api menerobos kamp Balukhali dekat kota tenggara Cox's Bazar pada Senin malam (22/3), membakar ratusan rumah, sementara orang-orang bergegas menyelamatkan harta benda mereka yang tidak seberapa.

Polisi sejauh ini mengonfirmasi dua kematian setelah jasad-jasad itu ditemukan. Namun, para saksi di kalangan Rohingya mengatakan beberapa orang tewas dalam kobaran api, hingga menyebabkan puluhan ribu orang tidak memiliki tempat berlindung.

Terperangkap Kawat Berduri

Beberapa saksi mata mengatakan pagar kawat berduri di sekitar kamp menjebak banyak orang, menyebabkan beberapa korban dan organisasi kemanusiaan internasional terkemuka menyerukan pemindahan perimeter tersebut.

Organisasi kemanusiaan Refugees International memperkirakan 50.000 orang telah mengungsi dari kamp, yang sudah penuh sesak menampung lebih dari satu juta pengungsi Rohingya, dan tingkat kerusakan mungkin tidak bakal diketahui untuk sementara waktu.

"Banyak anak hilang, dan beberapa tidak dapat lari menyelamatkan diri karena kawat berduri dipasang di kamp," kata organisasi itu dalam pernyataan.

John Quinley, dari Fortify Rights, sebuah organisasi pembela hak asasi di daerah itu, mengatakan dia telah mendengar laporan serupa. Dia menambahkan bahwa pagar tersebut pada masa lalu juga telah menghambat distribusi bantuan kemanusiaan dan layanan vital di kamp-kamp.

"Pemerintah harus membongkar pagar dan melindungi pengungsi," kata Quinley melalui pernyataan.

"Sekarang telah terjadi sejumlah kebakaran besar di kamp-kamp, termasuk kebakaran besar pada Januari tahun ini. Pihak berwenang harus melakukan penyelidikan yang tepat atas penyebab kebakaran tersebut."

Sebagian besar orang di kamp-kamp itu lari dari Myanmar pada 2017 di tengah penumpasan oleh pimpinan militer terhadap Rohingya. Aksi itu dituding penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa dilancarkan dengan "niat genosida". Tuduhan itu dibantah Myanmar.

Rekomendasi