Warganet China Boikot Merek Minuman Vitasoy, Tersinggung Memo Internal

| 04 Jul 2021 17:20
Warganet China Boikot Merek Minuman Vitasoy, Tersinggung Memo Internal
Beberapa minuman teh susu buatan Vitasoy di etalase Wellcome Supermarket, April 2020. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Pembuatn minuman Vitasoy jadi sasaran boikot warganet China setelah seorang karyawan mengedarkan memo daring berisi ucapan belasungkawa kepada keluarga seorang karyawan lainnya yang menikam petugas polisi Hong Kong.

Melansir ANTARA, (4/7/2021), memo itu menyampaikan belasungkawa ke keluarga karyawan Vitasoy, 50 tahun, yang menikam satu petugas polisi, 28 tahun. Karyawan itu kemudian bunuh diri pada Kamis.

Menteri Keamanan Hong Kong Chris Tang menggambarkan serangan itu sebagai serangan teroris individual.

Dalam sebuah pernyataan di platform media sosial China, Weibo, pada Sabtu, Vitasoy menyebut seorang staf, dengan tanpa izin,  mengedarkan memo yang bersifat "sangat tidak pantas", dan perusahaan berhak mengambil tindakan hukum.

"Apa yang ditulis karyawan ini seharusnya tidak dipublikasikan dan tidak boleh dipublikasikan secara internal," kata Vitasoy.

"Vitasoy Group dengan tulus meminta maaf atas masalah atau keluhan yang ditimbulkan. Kami mendukung kemakmuran, stabilitas, dan pembangunan jangka panjang Hong Kong."

Memo pekerja itu memicu banjir seruan daring untuk memboikot Vitasoy, yang mendapat dua pertiga pendapatannya dari China daratan.

Tagar "#Vitasoygetoutofthemainland" telah mengumpulkan hampir 100 juta tampilan pada Minggu.

Aktor daratan Gong Jun, yang sebelumnya mendukung minuman rasa lemon Vitasoy, mengumumkan pada Jumat malam bahwa ia mengakhiri kerja sama komersial dengan perusahaan tersebut, kata Global Times, sebuah tabloid yang diterbitkan oleh surat kabar resmi Partai Komunis China, People's Daily.

Pengumumannya menyusul aktor China daratan lainnya, Ren Jialun, yang mengatakan dia juga menghentikan kerja sama dengan Vitasoy, tambah surat kabar itu.

Peritel mode H&M mengatakan pada Kamis bahwa penjualannya terpukul di China setelah kekhawatirannya atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang menyebabkan boikot para pembeli yang terinspirasi media sosial.

Rekomendasi