ERA.id - Tajikistan bersiap menerima hingga 100.000 pengungsi dari negara tetangga Afghanistan usai pertempuran meningkat pasca Amerika Serikat menarik mundur pasukannya, kata seorang pejabat senior Tajikistan, Jumat (23/7/2021).
Gerilyawan Taliban menguasai lebih banyak dan makin banyak wilayah di Afghanistan, yang menurut perkiraan Pentagon, kini meluas ke lebih dari setengah jumlah pusat distrik.
Wakil kepala komite darurat Tajikistan, Imomali Ibrohimzoda, kepada pers mengatakan pada Jumat bahwa negara bekas republik Soviet itu telah membangun dua gudang besar untuk menyimpan persediaan bagi para pengungsi di provinsi Khatlon dan Gorno-Badakhshan yang berdekatan dengan perbatasan Afghanistan.
Ratusan warga sipil Afghanistan melarikan diri ke Tajikistan pada Juli, tetapi pemerintah kota Dushanbe mengatakan mereka telah kembali ke Afghanistan.
Sebelumnya dikabarkan, setelah kalah dalam penguasaan wilayah, militer Afghanistan merombak strategi perangnya melawan Taliban dengan memusatkan pasukan di sekitar daerah paling kritis seperti Kabul, kota-kota lain, penyeberangan perbatasan dan infrastruktur vital, kata pejabat Afghanistan dan AS.
Strategi pemusatan pasukan itu akan menyerahkan wilayah lainnya kepada gerilyawan Taliban. Tetapi para pejabat mengatakan hal itu tampaknya diperlukan, karena pasukan Afghanistan berusaha mencegah hilangnya ibu kota-ibu kota provinsi yang dapat meluluhlantakkan negara itu.
Konsolidasi pasukan itu bertepatan dengan penarikan militer AS pada 31 Agustus atas perintah dari Presiden Joe Biden.
Intelijen AS telah memperingatkan bahwa pemerintah Afghanistan bisa jatuh hanya dalam enam bulan, kata para pejabat AS kepada Reuters.
Seorang pejabat Afghanistan yang enggan disebut namanya mengatakan "reorientasi" pasukan akan membantu Kabul menguasai wilayah strategis dan mempertahankan infrastruktur, termasuk bendungan yang dibangun dengan bantuan India dan jalan-jalan utama.
Namun, mengonsolidasikan pasukan juga berarti membiarkan daerah lain tidak dijaga. Konsolidasi pasukan itu dapat membuat situasi menjadi sulit bagi komunitas atau kelompok etnis di Afghanistan.