Hal itu disampaikan Senior Vice President Sony Interactive Entertainment, Hiroyuki Oda, setelah memperkenalkan konsol PlayStation Classic.
"Saat ini kami tidak memiliki rencana untuk membuat konsol portabel baru. Di Jepang, kami akan terus membuat PlayStation Vita sampai 2019. Setelah itu kami akan menghentikan pengapalan," ungkap Oda seperti dikutip era.id dari The Verge, Sabtu (22/9/2018).
Dalam keterangan tersebut, Oda tidak menjelaskan lebih lanjut apakah penghentian produksi ini juga akan berlaku untuk pasar global atau hanya untuk di wilayah jepang saja. Namun pada akhir Mei lalu, Sony sudah mulai menghentikan distribusi kartu game fisik PS Vita.
PS Vita dirilis pada tahun 2011 sebagai penerus dari PlayStation Portable (PSP). Namun, hanya 16 juta unit PS Vita yang diperkirakan sudah terjual di seluruh dunia, jauh dibandingkan dengan 80 juta unit PSP.
Tanda-tanda akhir bagi PS Vita juga sempat ditunjukkan oleh pihak Sony, yang merasa PS Vita tak bisa menyamai kepopuleran seri pendahulunya. Presiden Sony Interactive Entertaiment America, Shawn Layden mengatakan penjualan konsol ini memang tidak memenuhi ekspektasi.
"Vita tidak mencapai audiens, para pengembang pun kesulitan dan ini menjadi sebuah efek spiral yang negatif," ungkap Layden sebagaimana dikutip dari Polygon, Jumat (21/9).
Bahkan sejak tahun 2015, Sony juga sudah "angkat tangan" pada konsol game portabel ini. Sony menghentikan pembuatan game sejak 2015 dan mulai beralih ke produksi konsol lain.
Bisa jadi, keputusan Sony untuk menghentikan produksi PS Vita disebabkan akibat gempuran smartphone yang kini kerap dijadikan perangkat untuk bermain game. Hal itu bikin Sony harus bekerja lebih keras meyakinkan pengguna untuk membeli portable gaming khusus seperti Vita.