Saat memasuki musim hujan ini, biasanya tubuh akan melakukan adaptasi. Karena jika sebelumnya dia terbiasa dengan suhu hangat, bahkan panas, kini bertransisi ke suhu dingin. Di saat transisis inilah perlu diwaspadai gangguan penyakit musim dingin, salah satunya penyakit yang kerap menyerang anak-anak, yaitu pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah atau jaringan paru. Bahkan organisasi kesehatan dunia (WHO) pernah merilis pneumonia sebagai penyebab kematian tertinggi pada anak.
Dokter spesialis anak, Prof. Cissy B. Kartasasmita, SpA(K), MSc, PhD, mengingatkan pentingnya meningkatkan kewaspadaan pneumonia pada anak terutama di saat musim hujan.
"Penyakit ini banyak muncul ketika suhu lebih dingin. Pneumonia biasanya jumlahnya lebih tinggi pada sekitar musim hujan, saat cuaca lebih dingin," terang Cissy, saat dihubungi era.id, baru-baru ini.
Baca Juga : Kata Siapa Anak Muda Gak Bisa Kena Serangan Jantung?
Ilustrasi (StockSnap/Pixabay)
Maka untuk mengantisipasi pneumonia pada anak, perlu diketahui dahulu gejala-gejala awalnya. Menurut Cissy, gejala tersebut dapat dilakukan dengan menghitung kecepatan napas anak.
Anak kurang dari dua bulan frekuensi napasnya di atas atau sama dengan 60 kali per menit; anak usia dua tahun atau kurang dari 12 bulan frekuensi napasnya di atas atau sama dengan 50 kali per menit; dan usia satu atau kurang dari lima tahun frekuensi napasnya di atas atau sama dengan 40 kali per menit.
Selain napas sesak dengan perhitungan di atas, gejala lain dari pneumonia ialah adanya demam dan batuk. Bahkan kalau gejalanya sangat berat, kulit anak akan berwarna kebiruan. Sementara tingkat kesadaran anak menurun dan disertai kejang-kejang.
Baca Juga : Waspada Pekerjaan yang Membuat Hasrat Seksual Menurun
Gejala berat tersebut terjadi karena kurangnya oksigen di dalam darah dan jaringan tubuh maupun otak. Kekurangan oksigen juga membuat paru-parunya meradang dan tidak bisa berfungsi dengan baik.
Untuk itu, kata Cissy, terapi untuk pasien pneumonia adalah dengan oksigen dan obat antibiotik. Pasien pneumonia juga harus mendapatkan istirahat yang cukup sembari mendapat asupan cairan tubuh, memperoleh nutrisi yang seimbang.
"Jika pasiennya demam diberikan obat untuk menurunkan demamnya," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung itu.
Cara mencegah pneumonia pada anak
Sangat penting bagi orang tua agar bisa melakukan pencegahan pneumonia pada anak. Cissy menyarankan orang tua agar bisa mencegahnya dengan menjaga daya tahan tubuh anak, memberikan nutrisi yang seimbang, dan memberikan vitamin A rutin pada balita.
Pemberian ASI Eksklusif juga menjadi pencegahan ampuh terhadap pneumonia. Bagi ibu hamil, harus bisa mencegah kelahiran bayi berat badan lahir rendah. Selain itu, kebersihan juga menjadi faktor tidak kalah penting dalam mencegah pneumonia.
Misalnya, orang tua disarankan selalu mencuci tangan secara teratur dengan sabun sebelum memegang anaknya. Anaknya yang balita juga selalu diajari mencuci tangan. Dengan begitu diharapkan anak bisa tercegah dari infeksi dan tertular penyakit.
Baca Juga : Mengenal Jenis Penyakit Autoimun yang Diidap Ashanty
Ilustrasi (Free-Photos/Pixabay)
Hal lainnya yang perlu dilakukan agar anak terhindar dari pneumonia ialah dengan memerhatikan faktor lingkungan. Cissy sangat menganjurkan agar mengurangi kepadatan hunian, misalnya menghindarkan anak tinggal atau tidur berdesakan, menghindari polusi udara dalam rumah. Untuk itu diperlukan ventilasi udara yang baik.
Kebersihan udara lingkungan rumah harus sejalan dengan kebersihan sanitasi. Ruangan rumah juga harus cukup terpapar sinar matahari yang merupakan sumber vitamin D.
Pencegahan lainnya, lanjut mantan Dirut RSHS ini, memberikan imunisasi lengkap pada anak. Ia membeberkan ada empat imunisasi yang berhubungan dengan pencegahan pneumonia yaitu pertusis (ada di dalam vaksin DTP), campak, Hib (haemophilus onfluenza type b), dan Pneumokokus.
Baca Juga : Minum Jus Buah Berlebih Berbahaya bagi Anak?
"Untuk DTP dan Hib (dalam vaksin Pentavalen yang baru) dan campak sudah masuk ke dalam Program Imunisasi Nasional yang bisa didapat secara gratis di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah." Kata Cissy.
Data rumah sakit menunjukkan pasien pneumonia mencapai lebih dari 1.000 orang setiap tahunnya. Mereka kebanyakan anak dengan usia balita atau kurang dari 14 tahun. Kurangnya pengetahuan dan antisipasi akan pneumonia membuat pasien yang datang ke rumah sakit dalam kondisi berat. Sering kali pasien disertai dengan tanda bahaya, yaitu napas cepat, anak tampak sangat sesak, disertai demam, dan batuk pilek.
Infografik (era.id)