Spesialis jantung Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Toni Mustahsani Aprami Sp.Pd. Sp Jp (K)., FIHA., Fascc, mengatakan hipertensi di Indonesia termasuk penyakit yang paling banyak diidap masyarakat perkotaan.
Apabila tak ditangani, hipertensi berdampak pada titik-titik vital di dalam tubuh, yakni jantung, otak, ginjal dan mata. Sehingga hipertensi harus dikendalikan dengan pengobatan yang berlangsung selama seumur hidup. Ukuran darah normal adalah tidak lebih dari 130/85.
Toni menjelaskan, pengobatan ini bersifat pengendalian darah agar tensinya tidak terlalu tinggi, bukan menyembuhkan mengingat belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini.
Sementara menurut penelitian, hipertensi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki. Hal ini tak lepas dari faktor biologis, antara lain hormonal dan kehamilan. Toni bilang, hipertensi karena kehamilan sebenarnya bisa berhenti pascapersalinan. Tetapi tidak sedikit kasus hipertensi yang berlanjut atau menjadi menetap.
“Biasanya setelah lahir anaknya hipertensi hilang, tapi kadang bisa berlanjut. Keseimbangan hormonal juga akhirnya. Jadi hipertensi pada ibu hamil lebih berisiko,” kata Toni saat dihubungi era.id, baru-baru ini.
Wanita memiliki hormon progesteron yang bisa menaikkan tensi darah. Karena itu, dalam melaksanakan program Keluarga Berencana, Toni menyarankan untuk memakai IUD daripada KB suntik atau pil. IUD dinilai lebih aman karena tidak memakai peran hormon dalam melakukan KB.
Hipertensi pun menyandang julukan silent killer mengingat perannya sebagai penyumbang penyakit jantung. Kendati demikian, penyakit ini dapat dicegah dan dikendalikan. Salah satunya dengan melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala dan mengendalikan dengan pengobatan hipertensi.
Data WHO tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya, seperti dikutip dari p2ptm.kemkes.go.id.
Sementara Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, 63 juta lebih penduduk Indonesia menyandang hipertensi. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%. Sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.
Berdasarkan kelompok umur, hipertensi terjadi pada usia 31-44 tahun (31,6%), usia 45-54 tahun (45,3%), usia 55-64 tahun (55,2%). Data juga menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga mereka tidak mendapatkan pengobatan.