Pria Bogor Kena TPPO di Kamboja, Awalnya Jadi CS di Singapura, Diculik Jadi Scammer

| 25 Oct 2025 11:52
Pria Bogor Kena TPPO di Kamboja, Awalnya Jadi CS di Singapura, Diculik Jadi Scammer
Ilustrasi pencuri. (Pixabay)

ERA.id - Pria asal Bogor, Zakaria (bukan nama sebenarnya) menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) oleh sindikat penipuan di Kamboja.

Orang tua korban, Firman menjelaskan kejadian bermula ketika Zakaria mendapat tawaran bekerja di Singapura dari teman SD-nya. Zakaria awalnya tidak menaruh curiga karena akan bekerja sebagai customer service (CS).

"Sampai sana iya benar kerja di perkantoran sebagai customer service," kata Firman saat dihubungi, Sabtu (25/10/2025). 

Namun setelah sebulan bekerja, komunikasi antara Firman dan Zakaria tiba-tiba terputus pada Jumat (17/10). Hari itu, korban diajak rekannya berlibur dengan iming-iming naik pesawat.

Zakaria mengiyakan namun dia tak mengetahui tujuan liburannya. Korban baru tersadar setelah mendapati dirinya tiba di sebuah bandara di Kamboja.

"Anak saya belum sadar sampai dia sampai di sebuah toko, dan besoknya dia diculik di depan toko itu dan disandera, dan dijadikan pekerja paksa untuk penipuan online (scammer)," ungkap Firman. 

Korban kemudian dibawa ke sebuah kota di Kamboja yang berbatasan langsung dengan Vietnam untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai scammer. Singkat cerita, Zakaria melawan hingga akhirnya berhasil kabur dari tempat tersebut, Selasa (21/10).

"(Anak saya) pesan Grab mobil untuk kabur berangkat jam 19.00 WIB menuju KBRI (Phnom Penh). Akhirnya sampai di KBRI," jelasnya. 

Meski sudah di bawah perlindungan KBRI Phnom Penh, anggota sindikat kerap kali meneror korban. Dari tangkapan layar yang diperlihatkan Firman, terlihat pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal yang dikirim kepada anaknya.

Pesan itu berisi ancaman, seperti: “Bajingan, sampai Indonesia lu enggak akan hidup gue, setan!” dan “Lu di mana? Mau balik atau aku kejar sampai ke Indonesia? Balik gak lu ke mess!”

Atas peristiwa tersebut, Firman berharap KBRI dapat segera memfasilitasi pemulangan anaknya. Sebab meski telah berada di bawah perlindungan, keselamatan Zakaria masih terancam oleh teror yang terus dilayangkan para anggota sindikat.

Selain itu, dia mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan anaknya selama berada di Kamboja karena tidak ditanggung oleh pihak KBRI.

"Katanya proses urus berkas lama bisa sampai enam bulan dan tidak ada tempat tinggal. Kami harus cari biaya sendiri untuk menginap, makan juga biaya tiket di hotel sekitar KBRI, sedangkan kami orang tua tidak punya uang untuk biaya itu," imbuh Firman.

"Kami hanya orang biasa yang sehari-hari biaya cukup hanya buat makan. Kami mohon bantuannya untuk masalah kami ini," tambah Firman.

Rekomendasi