Wapres RI: Orang Timur Tengah Sekarang Belajar Islam ke Indonesia

| 15 Feb 2023 18:42
Wapres RI: Orang Timur Tengah Sekarang Belajar Islam ke Indonesia
Wapres Ma'aruf Amin saat menghadiri Barus Berselawat untuk Indonesia di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumut (Dok Pemprov Sumut)

ERA.id - Wakil Presiden (Wapres) Ma'aruf Amin menyebut bahwa dahulu orang Timur Tengah datang ke Indonesia untuk mengajarkan Islam. Namun sekarang, kata Ma'ruf, orang Timur Tengah ke Indonesia untuk belajar Islam.

Wapres Ma'aruf menjelaskan ini dihadapan belasan ribu umat Islam di Lapangan Merdeka, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (15/2/2023). Adapun ini merupakan kegiatan bertajuk Barus Berselawat untuk Indonesia.

"Kalau dulu para ulama dan orang pintar dari Timur Tengah untuk mengajarkan Agama. Sekarang mereka datang untuk belajar Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Karena kita menjaga Islam seutuhnya, sebagai rahmat seluruh alam," ujarnya.

Ma'ruf mengaku sangat bersyukur bisa kembali menginjakkan kaki di Barus, yang dia nilai sebagai tempat mulai karena menjadi pintu masuknya Islam pertama ke Tanah Air. Menurutnya, kegiatan Barus Berselawat untuk Indonesia yang memuliakan Nabi Muhammad SAW sejalan dengan kehadiran Islam sebagai penerang bagi umat manusia.

"Nabi Muhammad (SAW) adalah cahaya matahari, cahaya bulan dan cahaya di atas segala cahaya. Membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya. Tetapi pemilik cahaya itu adalah Allah, yang diturunkan kepada Nabi dan juga diturunkan kepada para pewarisnya para ulama dan wali," terangnya.

Dia menegaskan cahaya tersebut menjadi keutamaan bagi seorang alim ulama dibandingkan dengan ahli ibadah. Menurutnya, ini seperti ibarat bulan purnama dengan bintang-bintang yang memancar ke seluruh Indonesia melalui bermuara dari Barus.

"Islam adalah nur, memberikan cahaya kepada kita semua, supaya kita tahu mana yang baik mana yang tidak, mana yang hak dan batil," tegasnya.

Lanjutnya, Islam mengandung kemaslahatan, keadilan, rahmat, hikmat, kesantunan, persatuan, keilmuan dan syariat, yang muaranya ada pada wujud pengelolaan bumi oleh manusia sebagai khalifah atau pemimpin di atasnya.

Kata syariat berarti bermakna keadilan Allah di antara hamba-hamba-Nya serta rahmat bagi seluruh makhluk di muka bumi, di bawah naungan Allah.

"Jika merusak, membunuh atau menghancurkan, itu bukan syariat, walaupun dilabeli atas nama Islam," tambahnya.

Dia mengatakan nilai  keislaman sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin, tercermin dari sikap toleransi beragama yang ada di Sumut, khususnya di Barus sebagai pintu masuknya Islam ke Indonesia. Sehingga banyak pula orang-orang pintar bahkan ulama dari berbagai negara, datang ke Indonesia untuk belajar bagaimana bangsa ini menjaga kerukunan dan toleransi.

Katanya lagi, berkah dari Allah yang menurunkan Islam di Barus, perlu ada upaya menjaga nilai sejarah tersebut, tidak hanya sekadar mendirikan bangunan sebagai pengingat saja. Tetapi bagaimana menghadirkan monumen yang menginspirasi.

"Bukan (monumen) yang mati (simbol), tetapi menginspirasi. Buatlah tempat pendidikan, pengajian, kalau perlu universitas, sebagai tanda titik nol peradaban Islam di Nusantara," kata Ma'ruf, sembari menyebut rencana tokoh nasional, Akbar Tanjung yang berencana mendirikan Universitas Islam di Barus," tukasnya.

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi turut bersyukur kehadiran Ma'aruf Amin tidak hanya sebagai Wapres melainkan juga sebagai ulama, Kyai besar di Indonesia. Edy menjelaskan Barus menyimpan sekelumit cerita sejarah peradaban Islam pada masa abad ke-7 Masehi dengan bukti makam Syeikh Rukunuddin yang tertulis pada pusara, wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriyah.

"Menurut Buya Hamka, Islam ke Indonesia pada abad ke-7. Karena itu tepatlah kalau dikaji, Islam masuk dari Barus ini. Dan sedang disusun, dicari melalui napak tilas," terang Edy.

Edy menyebut pada masa yang tidak jauh berbeda datang tokoh agama Kristen bernama Nomensen, di mana para Aulia sudah ada lebih dulu di Barus. Mantan Pangkostrad ini menegaskan bahwa toleransi sudah terbangun sejak dulu.

"Pada masa itu, toleransi sejak dulu sudah terjadi. Sehingga dari dahulu kami tidak ada persoalan dengan kerukunan umat beragama. Kalau ada yang mengatakan macam-macam, itu bukan orang Sumatera Utara," pungkasnya.

Rekomendasi