ERA.id - Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri menceritakan perjuangan Presiden pertama RI Soekarno mendirikan stasiun televisi nasional pertama di Indonesia.
Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan dalam acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara BRIN dan TVRI tentang Indonesia Raya Jelajah Sains yang mengatur tentang diseminasi informasi terkait ilmu pengetahuan di Gedung TVRI di Jakarta Pusat, Senin (12/6/2024).
"Salah satu karakter bangsa kita yang sekarang ada karena tidak diajari lupa sejarah. Kebayang enggak ya, saya suka mikir kalau bapak saya ndak berjuang bikin TV," kata Megawati.
Menurutnya, uang untuk mendirikan TV nasional yang mejadi cikal bakal TVRI itu berasal dari rampasan Jepang. Padahal, seharusnya, hasil rampasan Jepang untuk tentara sekutu.
Namun, karena Soekarno adalah seorang negosiator ulang, maka hasil rampasan Jepang itu sebagian diberikan kepada pemerintah Indonesia.
"Itu uangnya bukan uang kita lho, itu rampasan Jepang. Menurut saya, beliau itu negosiator yang handal," katanya.
"Kalau orang Jawa bilang Bung Karno itu bisa glembuk, glembuk itu apa ya, merayu-rayu gitu. Ngomong-ngomong, akhirnya orang Jepangnya percaya malah memberikanya kepada kita," imbuh Megawati.
Menurutnya, sikap Soekarno yang jago bernegosiasi dan membuat trobosan itu harus ditiru oleh generasi muda saat ini. Dia lantas meminta jajarannya di BRIN untuk sensitif dalam melihat berbagai persoalan di Indonesia.
Megawati menganggap periset di BRIN sudah banyak sehingga harus diberdayakan demi kemajuan Indonesia Raya. Dia menyampaikan kini di BRIN, ada suatu badan yang membiayai teknologi tepat guna.
Presiden Kelima RI ini menerangkan badan tersebut untuk mengakomodasi anak-anak muda yang ingin melakukan riset.
"Banyak anak-anak muda kita, loh, itu yang membuat riset kecil-kecil kasihan, loh. Makanya saya minta tolong kepada Bapak Bambang Kesowo (eks Menteri Sekretariat Negara) untuk mengajarkan untuk mengertikan gunanya hak atas kekayaan intelektual. Itu anak-anak muda itu karena dia butuh uang, dia jual (karyanya) tidak dipatenkan," kata Megawati.
Dia bilang, negara seharusnya bisa mengajarkan anak-anak muda untuk mematenkan hasil karya dan risetnya. Megawati menilai hasil riset itu bisa saja mendunia dan negara tentu mendapat royaltinya.
Ketua Dewan Pengarah Badan Ideologi Pancasila (BPIP) ini tidak ingin hasil riset anak negeri tidak dihargai oleh negaranya sendiri.
Oleh karenanya, dia menilai kerja sama antara BRIN dan TVRI sangat penting. Sehingga riset anak negeri bisa disebarkan dan diseminasikan lewat media massa yang menjangkau seluruh Indonesia.
"Untuk itu saya ingin mengembalikan TVRI bekerja sama dengan BRIN ini, itu saya selalu bilang seperti api nan tak kunjung padam," jelas Megawati.
Megawati juga mengingatkan kepada BRIN agar tidak menyia-nyiakan hasil riset anak negeri.
"Saya kan jengkel, sudah riset, malah hasilnya dimasukkan ke laci. Bu, saya sudah riset. Mana riset kamu. Diam saja. Loh, kenapa? Karena TVRI itu dibuat Bung Karno itu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," jelas Megawati.
Dalam acara MoU ini, hadir Direktur Utama LPP TVRI Imam Brotoseno, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR sekaligus anggota Komisi I DPR RI Utut Adianto.