ERA.id - Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Habiburokhman menyambut positif isi pidato Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menyinggung penguasa. Menurutnya, pidato itu meruapakan nasihat dari tokoh bangsa.
"Kami sangat menghormati ibu Megawati dan kami menyambut positif pidato tersebut, Secara umum itu nasehat beliau sebagai tokoh bangsa kepada kita semua," kata Habiburokhman.
Dia menilai, nasihat Megawati itu ditujukan kepada siapapun yang sedang berkuasa untuk tidak bertindak sewenang-menang dan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan politik tertentu.
Wakil Ketua Komisi III DPR itu lantas menyinggung soal pakta integritas Pj Bupati Sorong yang salah satu poinnya memastikan memenangkan Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo.
"Belakangan ini banyak warga mempertanyakan soal pakta integritas pj bupati di Sorong, dugaan ketidaknetralan pj bupati Cilacap dengan program Kancing merah, dugaan ketidaknetralan bupati di Majalengka dan banyak lagi," ucapnya.
Dia mengatakan, dengan sejumlah contoh kasus tersebut, maka seharusnya nasihat dari Megawati bisa dijalankan oleh semua pihak.
"Kekuasaan politik adalah amanah dari rakyat yang harus diraih dengan cara cara yang terhormat. Jangan karena takut kehilangan kekuasaan atau takut tidak berkuasa lagi kita melakukan hal hal yang melanggar prinsip prinsip demokrasi," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku jengkel dengan sikap penguasa saat ini. Sebab menurutnya, mereka seperti ingin mengembalikan era Orde Baru.
Hal itu disampaikan dalam pidatonya di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Relawan Ganjar-Mahfud di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Senin (27/11).
"Mustinya ibu enggak boleh ngomong gitu. Tapi sudah jengkel, tahu enggak?" kata Mega.
"Kenapa? Republik ini penuh pengorbanan tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa ini mau bertindak seperti zaman Orde Baru?" imbuhnya.
Dia menegaskan tidak akan membiarkan era Orde Baru kembali berdiri selama dirinnya masih hidup. Apalagi dia pernah menjadi korban dari rezim tersebut.
"Kalau ingat itu suka, eh jangan ya sekarang mulai lagi (menghidupan Orde Baru), selagi saya hidup," tegas.
"Sudah, berhenti deh bapak-bapak itu yang saya sindir ini. Insyaf! Insyaf!" ucapnya.