Hasto PDIP Contohkan Gibran Seperti Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di Halim: Mengatasi Konflik Butuh Kedewasaan

| 01 Apr 2024 16:55
Hasto PDIP Contohkan Gibran Seperti Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di Halim: Mengatasi Konflik Butuh Kedewasaan
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. (Era.id/Gabriella Thesa)

ERA.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut, pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, seprti kasus sopir truk penyebab kecelakaan beruntun di Gerbang Tol Halim.

Menurutnya, ada kesamaan kasus antara kedua peristiwa tersebut. Baik sopir truk maupun Gibran disebut memiliki masalah krisis kedewasaan.

"Saya memberikan contoh ketika menyampaikan pembicaraan, kebetulan ada persoalan sangat serius ketika di dekat pintu gerbang tol Halim ada sopir truk yang usianya baru 17 tahun, belum punya SIM dan kemudian mengalami dua krisis," kata Hasto di Media Center Ganjar-Mahfud, Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2024).

Dia mengibaratkan, krisis pertama itu seperti sopir truk yang awalnya menyenggol kendaraan lain. Kedua, karena menyadari usianya belum cukup, lalu memilih tancap gas hingga menyebabkan kecelakaan beruntun.

"Artinya untuk sopir truk aja diperlukan suatu kedewasaan," katanya.

Oleh karena itu, usia menjadi syarat bagi seseorang untuk memiliki SIM. Bukan begitu saja diberikan. Sebab untuk mengatasi konflik di lapangan perlu kedewasaan.

Hal yang sama juga berlaku untuk pencalonan presiden dan wakil presiden. Hasto mengatakan, syarat usia 40 tahun sudah sangat tepat, tidak perlu diubah lagi.

"Ternyata untuk mengatasi konflik, persoalan di lapangan butuh kedewasaan, apalagi untuk memimpin bangsa dan negara. Maka usia 40 tahun sebagai capres dan cawapres itu merupakan suatu usia yang menunjukkan tingkat kematangan," katanya.

Dia lantas menyindir, jika sopir truk yang belum cukup usia saja bisa menyebabkan kecelakaan, apalagi seorang pemimpin.

"Kalau kasus di jalan raya aja menciptakan korban seperti ini, apalagi kalau persoalan-persoalan di tingkat nasional? Jangan-jangan nanti pas rapat kabinet misalnya, sekiranya proses ini tak terbentung karena abuse of power, lebih asik naik sepeda," pungkasnya.

Rekomendasi