ERA.id - Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono menghadiri undangan diskusi dari jejaring pengusaha peduli lingkungan, Young Presidents’ Organization Sustainable Business Network (YPO SBN) di Jakarta, Selasa (14/5).
Diaz menjadi salah satu panelis dalam acara yang bertajuk “Plastic in the Age of Sustainability: Risk and Opportunities” tersebut bersama tiga panelis lainnya Direktur Utama PT Suparma Tbk. Edward S. Suparma, Co-Founder Greenhope Tommy Tjiptadjaja, dan CEO Jubelo Fahri Reza Abdillah.
Dalam acara tersebut, Diaz menerima sejumlah masukan dari pimpinan perusahaan yang sedang bergerak lebih ramah lingkungan.
“Tadi saya mendengar masukan dari pelaku industri yang peduli lingkungan yang meminta agar Kementerian/Lembaga dapat menghitung dan menargetkan pengurangan emisi karbonnya. Lalu mereka juga meminta agar pemerintah serius mengurangi polusi PM 2.5 dan emisi dari rombongan pengawalan voorijder. Ini dapat dipertimbangkan agar mengajak pelaku industri juga bergerak ramah lingkungan.” ujar Diaz.
Diaz selaku Staf Khusus Presiden juga memaparkan target dan capaian pemerintah dalam hal pengurangan emisi dan sampah plastik. Namun untuk mencapai target net zero emission, tantangan terbesar yang dihadapi adalah nilai investasi yang sangat besar. Sehingga, dibutuhkan sumber pendanaan baru salah satunya dari carbon credits.
“Presiden Jokowi telah mengatakan untuk mencapai target Net Zero Emission di tahun 2060 dibutuhkan investasi sekitar US$ 1 triliun (Rp15.000 triliun). Artinya butuh banyak sekali sumber pendanaan baru. Duitnya dari mana? Bisa dari carbon credits atau bahkan ke depannya pemerintah perlu menerapkan plastic credits.” usul Diaz.