Cegah Klaster Covid-19 PTM, Pemerintah Bakal Test PCR ke 520 Ribu Sekolah per Bulan

| 28 Sep 2021 09:45
Cegah Klaster Covid-19 PTM, Pemerintah Bakal Test PCR ke 520 Ribu Sekolah per Bulan
Siswa hadir sekolah tatap muka (Dok. Antara)

ERA.id - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin akan menggunakan strategi baru untuk menghindari timbulnya klaster Covid-19 di sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Salah satunya yaitu melakukan test swab polymerase chain reaction (PCR) ke tenaga pendidik dan murid di sekolah yang melakukan PTM terbatas. Tes Covid-19 akan dilakukan setiap bulan.

"Karena ini sudah sedikit (jumlah kasus positif Covid-19 nasional), kita yang keluar, kita yang mengejar bola. Tidak nunggu kalau ada yang bergejala. Ini namanya active case finding," ujar Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (27/9/2021).

Budi mengatakan, tes Covid-19 akan dilakukan di 520 ribu sekolah dengan target 1,7 juta peserta didik per bulannya. Sekolah-sekolah itu adalah sampel untuk mengecek penularan yang terjadi selama PTM berlangsung.

"Ada 520 ribu sekolah, kita lakukan testing sekitar 1,7 juta peserta didik per bulan atau sekitar 30 ribu testing per hari," kata Budi.

Lebih lanjut, Budi menjelaskan, masing-masing kabupaten/kota akan diambil sampelnya sebanyak 10 persen dari total sekolah yang menggelar PTM. Nantinya dari 10 persen itu dibagi sesuai tingkat kecamatan.

Jika ditemukan kasus positif Covid-19 saat PTM berjalan, pemerintah akan melihat hasil positivity rate di sekolah tersebut untuk menentukan nasib kelanjutan kegiatan belajar mengajar.

Apabila positivity rate di sekolah tersebut di bawah satu persen, maka kegiatan PTM masih tetap boleh diteruskan. Peserta didik yang positif Covid-19 akan langsung dikarantina dan kontak eratnya diisolasi mandiri, hal ini untuk menghindari penularan yang lebih luas.

Aturan yang sama juga berlaku untuk sekolah yang positivity rate-nya satu hingga lima persen. Namun, apabila di atas lima persen, maka sekolah harus ditutup selama 14 hari.

"Tapi kalau di atas lima persen, nah kita tesnya seluruh sekolah karena ada kemungkinan menyebar. Sekolahnya online dulu selama 14 hari sambil kita rapihin, protokol kesehatan di-review kembali. Setelah 14 hari, kita masuk sekolah lagi," papar Budi.

Sementara Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim berencana mengintegrasikan aplikasi PeduliLindungi untuk kegiatan PTM.

"Integrasi PeduluLindungi dan mengimplementasi program itu di sekolah-sekolah. Jadi itu inisiatif besar kami untuk mengendalikan pandemi ini," pungkasnya.

Rekomendasi