Indonesia 'Kebanjiran' Bawang Putih Impor dari China, PKS Soroti Syahrul Yasin Limpo

| 21 Dec 2021 10:46
Indonesia 'Kebanjiran' Bawang Putih Impor dari China, PKS Soroti Syahrul Yasin Limpo
Akmal Pasluddin (Dok. DPR RI)

ERA.id - Politisi asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, sekaligus Anggota Komisi IV DPR, Andi Akmal Pasluddin, menyoroti kinerja Kementerian Pertanian di bawah komando Syahrul Yasin Limpo.

Bagaimana tidak, ternyata impor bawang putih sebesar 450.000 ton lebih, tahun ini masuk ke Indonesia.

"Saya sangat menyayangkan belum ada perubahan situasi importasi bawang putih dalam negeri. Tiap tahun kita tinggi sekali angka impornya dari China. Sebesar 99 persen kita yang ambil, sisanya dari India, Taiwan, Amerika Serikat, dan Mesir yang angkanya hanya ratusan hingga maksimal 2.000 ton,” katanya, Minggu (19/12/2021) silam.

Politisi PKS ini mengatakan, program-program pemerintah di Kementerian Pertanian sudah sangat mendukung kinerja pemerintah, terutama dukungan anggaran.

Melalui Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, setidaknya sebanyak Rp1,14 triliun telah dialokasikan pada 2021 melalui APBN.

Namun, ia mengakui pemotongan anggaran akibat pandemi menjadikan APBN Kementan menurun lebih dari setengahnya sejak 2015.

Meski demikian, dia sangat menyayangkan sejak enam tahun lalu, China sebagai produsen dan eksportir bawang putih terbesar di dunia, secara konsisten mengirimkan bawang putih ke Indonesia dalam jumlah sangat besar.

Ilustrasi bawang putih (Wikimedia Commons)

Pada 2015, bawang putih asal China sebesar 482.000 ton, 2016 sebesar 445.000 ton, 2017 sebesar 550.000 ton, 2018 sebesar 585.000 ton, dan 2019 sebesar 472.000 ton.

Bahkan yang terjadi selama ini, besarnya impor bawang putih menyebabkan komoditas ini selalu mengalami defisit neraca perdagangan dari 1996.

"Saya minta secara khusus kepada pemerintah melalui Kementerian Pertanian, setidaknya ada upaya mengurangi besaran importasi bawang putih di negara kita. Kegiatan dan program Kementan di Direktorat Jenderal Hortikultura mesti ada kisah suksesnya untuk menekan angka importasi bawang putih yang memang komoditas ini tidak banyak ditanam di Indonesia, dibandingkan dengan kebutuhan rakyat Indonesia yang sangat banyak,” tutur dia.

Akmal menyarankan, agar ada bimbingan dan program yang menyasar langsung para petani bawang putih, baik bantuan pembinaan, bibit, dan lain sebagainya.

Anggota DPR juga siap terjun langsung mendampingi pemerintah sekaligus menjalankan fungsi pengawasannya.

Ia mengatakan, saat ini, dengan perizinan impor yang tertuang dalam Permendag Nomor 20/2021, para importir memprediksi bawang putih berpotensi mengalami kelangkaan pada 2022.

Kementerian Pertanian, kata dia, harus menjawab tantangan ini, sehingga importasi menurun dan kebutuhan masyarakat akan ketersediaan bawang putih terpenuhi dengan harga yang wajar dan terjangkau.

"Saya harap tahun depan ada perbaikan,” kata dia.

Syahrul Yasin Limpo saat mengajari Jokowi memakai traktor (Dok Syahrul)

Mengomentari Jokowi

Tak lupa, Akmal juga mengomentari aksi Jokowi menelepon Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi beberapa waktu lalu.

Menurutnya, tak cuma Mendag saja yang mesti diingatkan, SYL juga. Semuanya demi mengatasi permasalahan importasi bawang putih yang bikin petani pusing tujuh keliling.

"Seharusnya menteri perdagangan dan menteri pertanian memikirkan nasib petani lokal yang produknya sulit bersaing dari sisi harga maupun kualitas," ujarnya kepada ERA.id, Selasa (21/12/2021).

Akmal memberi masuk ke Presiden Jokowi, agar sebaiknya Syahrul Yasin Limpo dituntut untuk  bertanggung jawab memberikan bibit bawang putih yang berkualitas kepada para petani.

"Sebenarnya masalah impor bawang putih ini tanggung jawab Kemendag bila memang produksi dalam negeri kurang. Padahal Kemendag bisa memberikan izin impor dan kita dorong agar Kementan bertanggung jawab, di hulu, di produksinya."

Jokowi saat menelepon Mendag Lutfi (Setkab)

Ia mengaku, memang kualitas bawang putih petani lokal kalah dengan produk impor. Namun bukan berarti, tak ada solusi untuk menyelesaikan itu.

"Memang kualitas bawang putih kita kalah dibandingkan impor, tapi kan harus ada kebijakan untuk mendorong peningkatan produksi dan kualitas bawang putih yang dihasilkan petani kita."

Terakhir, Akmal menyebut jika beberapa program yang ada di Kementerian Pertanian mengenai bibit berkualitas sebagai bantuan kepada para petani, belum terealisasi dengan baik.

"Ada program bantuan bibit bawang putih di Kementan dan memang agak sulit bersaing dengan bawang putih dari luar, karena faktor iklim kita (cuaca di Indonesia)," tandasnya.

Rekomendasi