Jawa Barat Paling Aktif Gempa di Pulau Jawa Sejak 2019

| 22 Jul 2020 09:15
Jawa Barat Paling Aktif Gempa di Pulau Jawa Sejak 2019
Informasi gempa bumi (Dok. BMKG)

ERA.id - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mencatat Provinsi Jawa Barat sebagai daerah yang paling aktif kejadian gempa bumi di Pulau Jawa dalam dua tahun terakhir sejak 2019.

"Berdasarkan data sebaran akitivitas gempa di Pulau Jawa sejak 2019 tampak wilayah Jawa Barat merupakan kawasan dengan aktivitas seismisitas paling aktif," kata Daryono dikutip dari Antaranews, Rabu (22/7/2020).

Ia menjelaskan aktivitas gempa di Jawa Barat tidak hanya terjadi di zona megathrust tetapi frekuensi aktivitas gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif juga sangat tinggi.

Data BMKG menunjukkan sejak Januari 2020 hingga saat ini sudah terjadi lebih dari 35 aktivitas gempa di Jawa Barat dan Banten yang guncangannya dirasakan masyarakat. Warga diminta selalu waspada karena meningkatnya aktivitas gempa bumi.

"Warga harus memahami cara selamat saat terjadi gempa," katanya.

Daryono melanjutkan, aktivitas gempa sebenarnya tidak membunuh dan melukai. Hanya saja rumah tembok dengan struktur lemah dapat roboh dan menimpa penghuninya.

Baca juga: Indonesia dan Swiss Kerja Sama Penanggulangan Bencana

Sebelumnya pada Selasa (21/7) pukul 20.21 WIB wilayah Sukabumi Jawa Barat diguncang gempa magnitudo 2,8. Episenter terletak pada koordinat 7,02 LS dan 106,96 BT tepatnya di darat pada jarak 10 kilometer arah tenggara Kota Sukabumi pada kedalaman 9 kilometer.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) di zona Sesar Cimandiri. Wilayah Sukabumi dan Lebak dalam beberapa tahun terakhir memang mengalami peningkatan aktivitas gempa bumi.

"Karena wilayah Sukabumi dan Lebak adalah daerah rawan gempa maka wajib membangun bangunan tahan gempa," katanya.

Jika ada warga yang belum mampu membangun rumah tahan gempa dengan struktur yang kuat maka ada pilihan lain yaitu membangun rumah dari bahan ringan seperti kayu dan bambu yang didesain menarik.

"Inilah cara agar kita dapat harmoni dengan alam yang rawan gempa sehingga kita dapat selamat saat terjadi gempa," ujar Daryono.

Terkait hal ini, menurut Kepala Balai BMKG Wilayah II Tangerang Hendro Nugroho, jika memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Cimandiri.

"Dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Kota Sukabumi dengan Skala Intensitas II MMI. Artinya getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang," kata Hendro dalam keterangan resminya ditulis, Bandung, Selasa, 21 Juli 2020.

Sementara di Nyalindung ujar Hendro, dengan Skala Intensitas III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. 

Namun sampai saat ini ucap Hendro, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut. Hingga pukul 20.40 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).

"Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," sebut Hendro. 

Rekomendasi