Sudah Benarkah Definisi Milenials di Indonesia?

| 10 Nov 2017 15:39
Sudah Benarkah Definisi Milenials di Indonesia?
Penulis buku
Jakarta, era.id - Konsepsi millenials yang selama ini berasal dari literatur dan fenomena di negara Barat, ternyata tidak linier dengan kondisi di Indonesia. Pembagian babak dalam teori generasi harus mengalami penyesuaian terhadap kondisi endemik Indonesia.

Pembagian karakter generasi muda bermula dari kondisi pasca-Perang Dunia II yang melahirkan generasi baby boomers, dilanjutkan generasi X, Y, dan Z. Pembabakan ini dilihat berdasarkan interaksinya dengan perkembangan teknologi.

Generasi X contohnya, disebut juga sebagai generasi MTV karena mereka tumbuh bersamaan dengan perkembangan televisi. Sementara generasi Y atau millenials berkaitan erat dengan perkembangan internet.

Menurut peneliti budaya remaja dari Youthlab Research, Muhammad Faisal, Indonesia memiliki keunikan tersendiri karena kondisi sosiopolitik sangat berpengaruh dalam perkembangan remaja, tidak semata-mata berdasarkan perkembangan teknologi.

“Di Indonesia nggak apple-to-apple sebenarnya. Kita merdeka tahun 1945, kita nggak mengalami baby boomers. Transisi teknologi juga beda, masuk TV juga beda,” ujar Faisal saat ditemui di acara peluncuran buku “Generasi Phi”, di Kota Tua, Jakarta, Kamis (9/11/2017).

Berdasarkan penelitian selama hampir satu dekade, Faisal mengategorikan generasi di Indonesia berdasarkan transisi politik, yaitu era kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan reformasi. Berdasarkan transisi politik itulah, Faisal memberi istilah baru untuk millenials di Indonesia, yakni Generasi Phi.

Generasi Phi adalah singkatan dari pengubah Indonesia. Disebut demikian karena generasi ini akan mengubah tatanan, tidak melihat adanya aturan, serba menabrak batas.

“Contohnya adanya ojek online, itu kan mengubah tatanan. Itu karakteristiknya,” ujar dia.

Generasi Phi ini juga merupakan generasi transisi dari era reformasi hingga kembali ke siklus awal yang karakternya akan mirip dengan generasi kemerdekaan.

“Selain keempat itu enggak ada generasi lain. Ya sudah empat itu saja. Itu siklus saja, setelah generasi keempat, balik lagi ke generasi pertama,” ucap doktor bidang ilmu psikologi sosial itu.

Faisal menjelaskan, generasi Phi adalah generasi di mana saat terjadinya reformasi, mereka belum cukup matang atau mampu untuk memahami situasi politik saat itu. Seseorang termasuk ke dalam generasi Phi jika pada saat reformasi 1998 masih berusia di bawah 10 tahun, atau kelahiran 1989-2000.

Melalui buku yang ditulisnya, Generasi Phi, Faisal ingin meluruskan pemahaman mengenai millenials yang selama ini beredar di masyarakat.

“Sekarang semua kan merujuk ke millenials. Lembaga survei, media, (semua) ke millenials. Nah, ini kalau enggak dibenerin konsepnya, nggak sesuai sama kondisi Indonesia,” ujarnya.

 

Tags :
Rekomendasi