Kasus Komika Lampung: Antara Stand Up, Ketersinggungan, dan Batas Privat Berkomedi

| 12 Dec 2023 08:15
Kasus Komika Lampung: Antara Stand Up, Ketersinggungan, dan Batas Privat Berkomedi
Ilustrasi. (ERA/Luthfia Arifah Ziyad)

ERA.id - Beragam cara dilakoni peserta pemilihan presiden (Pilpres) 2024 untuk menggaet suara. Salah satunya Anies Baswedan, calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan yang menggelar acara “Desak Anies” di berbagai tempat untuk menguji gagasannya. Sayangnya, “Desak Anies” edisi Lampung tersandung isu penistaan agama oleh salah satu pengisi acaranya, komika bernama Aulia.

Dalam potongan video yang ramai beredar, tampak Aulia melemparkan materi seputar nama Muhammad dengan nada satire.

“Sekarang ini apa sih arti nama? Kayak penting aja gitu ya. Coba lu cek penjara, ada berapa nama yang namanya Muhammad di penjara? Kayak penting aja nama Muhammad sekarang ya, udah dipenjara semua," ujarnya di Kafe Bento, Lampung pada Kamis (7/12/2023).

Setelah materi yang dibawakannya viral, Aulia menyampaikan permintaan maaf kepada pihak-pihak yang tersinggung. Ia menjelaskan tak bermaksud menghina Nabi Muhammad, tetapi berniat menyindir orang-orang yang bernama Muhammad dan tidak berperilaku sesuai nama suci yang mereka emban.

Tangkapan layar tampang Komika asal Lampung Aulia Rakhman saat tampil di acara "Desak Anies". (Istimewa)

Nasi sudah menjadi bubur, banyak orang terlanjur marah. Aulia dilaporkan ke polisi oleh organisasi masyarakat (ormas) Lingkar Nusantara (Lisan). Imbasnya, Kepolisian Daerah (Polda) Lampung menetapkannya sebagai tersangka dugaan penistaan agama pada Minggu (10/12/2023).

Menanggapi kemarahan masyarakat terhadap salah satu komika tanah air, Presiden Stand Up Indo Adjis Doa Ibu angkat suara. Melalui Instagram-nya, ia menyampaikan maaf dan menyerahkan proses hukum yang sudah berjalan kepada pihak berwajib.

Perihal laporan Masyarakat yang sudah masuk ke kantor polisi, terhadap beliau, saya dan @standupindonesia akan mendukung segala bentuk prosesnya dan menghormati kebijakan hukum yang berlaku," tulis Adjis, Jumat (8/12/2023).

Adapun Juru Bicara Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Billy David Nerotumilena mengatakan siap membantu Aulia yang tersandung kasus dalam acara mereka.

Billy menjelaskan sesi stand up comedy yang biasa digelar di acara Desak Anies merupakan ajang bagi para komika untuk mengkritik.

"Dan pre-event itu diperlukan untuk ice breaking atau pencair suasana sebelum Pak Anies datang," kata Billy di Jakarta, Minggu.

Menurut Billy, pihak Timnas AMIN pun tetap menghargai proses hukum yang sedang berjalan. Kasus itu juga menjadi evaluasi bagi pihaknya untuk lebih selektif dalam mengurasi materi guna menghindari kejadian serupa.

"Namun, Timnas AMIN tetap memberikan keleluasaan bagi para komika atau pendukung acara lain buat mempersiapkan kontennya," tambahnya.

Kasus ketersinggungan yang melibatkan umat beragama dengan komedian bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, sederet komedian pernah terlibat kasus serupa, seperti Andre Taulany, Ernest Prakasa, Joshua Suherman, Ge Pamungkas, Uus, hingga Coki Pardede dan Tretan Muslim. Namun, pendahulu Aulia lebih beruntung karena kasusnya lambat laun surut usai masing-masing meminta maaf kepada publik.

Rekam jejak ketersinggungan agama dalam komedi

Andre pernah dituduh menghina Nabi Muhammad saat menjadi pembawa acara dalam salah satu program TV bersama Sule pada 2017. Awalnya, Virzha yang menjadi bintang tamu bercerita suka dengan wewangian dan merujuk Nabi Muhammad.

"Dulu aku pernah baca kisah, jadi Nabi Muhammad aromanya itu 1000 bunga," ujar Virzha.

Andre lalu menyeletuk, "Aromanya 1000 bunga? Itu badan apa kebon?"

Sebelumnya, Andre juga pernah tersandung kasus penghinaan ulama setelah memelesetkan merek Adidas dengan AdiSomad. Guyonan Andre ditanggapi keras oleh ustaz kondang Adi Hidayat yang namanya ikut dicatut. Mantan vokalis Stinky itu akhirnya meminta maaf dan menyambangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Masih pada tahun 2017, salah satu founder Stand Up Indo dikecam setelah mengomentari kedatangan ulama asal India, Zakir Naik ke Indonesia dan bertemu dengan Jusuf Kalla (JK) yang waktu itu menjabat wakil presiden.

“JK dengan hangat menjamu Zakir Naik, orang yang terang-terangan mendanai ISIS. Sulit dipahami,” tulis Ernest di Twitter-nya pada 5 Maret 2017. Komentar tadi memunculkan pro-kontra di tengah warganet hingga mencuat pesan boikot terhadap Ernest. Ia akhirnya meminta maaf secara terbuka melalui Instagram-nya.

Duo komika Muslim-Coki saat menyampaikan permintaan maaf usai kasus "Babi Kurma". (Youtube MLI)

Dalam kesempatan lain, mantan bintang cilik Joshua dilaporkan atas dugaan penistaan agama setelah membandingkan personel Cherrybelle yang berbeda agama. Ia bercanda salah satunya lebih terkenal karena muslim. 

Selanjutnya, pada 2018, komika Ge Pamungkas juga dilaporkan karena dianggap menistakan agama sewaktu membandingkan antara penanganan banjir di Jakarta masa kepemimpinan Ahok dan Anies. Sewaktu zaman Ahok, katanya, warganet menyalahkan Ahok saat terjadi banjir. Sementara di zaman Anies, warganet menganggap banjir ujian Allah.

"Sesungguhnya Allah memberikan cobaan terhadap hamba yang dicinta-Nya. Cintai apaan?" ujar Ge dalam potongan materinya.

Adapun komika Uus sempat ramai dituding menghina ulama setelah mengomentari foto bertuliskan "Sehelai rambut Habib Rizieq jatuh, bukan urusan dengan FPI, tapi dengan umat Islam" dengan kalimat "Shampoo untuk Rizieq. Viralkan! Bantu Rizieq beli shampo!!"

Ia pun berkunjung ke kantor MUI dan meminta maaf kepada umat Islam yang tersinggung dengan komentarnya. 

Sementara itu, pasangan komika Coki-Muslim tersandung isu penistaan agama setelah membuat konten memasak daging babi dicampur kurma pada 2018. Mereka lalu memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia komedi dan meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi.

Ketersinggungan akibat salah pilih panggung dan tahun politik

Duto Triadjie, salah satu komika asal Jakarta, tampak menyayangkan kasus yang baru-baru ini menimpa Aulia. Menurutnya, dari sisi kesenian, tidak ada yang salah dengan materi Aulia kemarin. Hanya saja, Duto menganggap panggung dan momennya kurang tepat untuk membawakan materi "pinggir jurang" yang rawan terjadi ketersinggungan.

Komika Duto Triadjie dalam special show-nya "30 Under Pressure" di Markas Comika. (ERA/Agus Ghulam)

Komika yang sudah merilis satu special show bertajuk “30 Under Pressure” itu mengatakan, seni itu tidak ada batasnya. Justru tujuan dari seni adalah membuka point of view baru.

“Kayak fakta bahwa di penjara banyak orang yang namanya ‘Muhammad’ itu tuh bikin gue jadi mikir, ‘Eh iya bener juga ya.’ Nah gue yakin yang mikir kayak gitu bukan gue doang,” ujarnya kepada ERA, Senin (11/12/2023).

“Yang salah adalah dia enggak tahu tempat bawainnya aja, dia bawain di tempat publik plus direkam,” lanjut Duto.

Seharusnya materi seperti itu, menurutnya, dibawakan profesional di panggung tertutup dan bukan untuk konsumsi publik karena rawan menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman.

“Dianya salah karena harusnya setelah dia tampil, dia bilang ke panitia untuk bagian itu jangan disebar. Dan dari panitianya juga salah, udah tau bit bahaya begitu malah dilempar ke sosmed. Padahal itu acara partai, harusnya mereka lebih aware sih, kecuali emang nyari rame ya,” ujar Duto.

Ia menambahkan bahwa banyak komika yang membawakan materi “pinggir jurang” di panggung-panggung off air. Ia sendiri misalnya pernah membawakan bit tentang “kenapa setan dikurung di neraka selama bulan Ramadhan” waktu mengisi acara di Bandung. 

“Sebenarnya itu materi (nama Muhammad) kalau dibawain pas off air aman-aman aja. Lucu juga kok. Masalahnya adalah, ada jokes yang harusnya memang cuma stay di ranah privat, kalau udah dibawa ke ranah publik bisa bahaya,” jelas Duto.

Apalagi, lanjutnya, tahun politik seperti sekarang rawan sekali digunakan untuk mengembuskan isu ketersinggungan di tengah masyarakat. Kasus kemarin pun tak terlepas dari situasi politik yang kian memanas menjelang Pemilu 2024.

“Tensinya udah kebangun soalnya, mulai dari isu Palestina, isu Rohingya, sekarang komika penista agama,” ujar Duto. “Gue pikir udah berhenti mainin isu agama untuk politik, ternyata masih kepake.”

Senada dengan Duto, pakar komunikasi dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta Selamat Ginting mengingatkan bahaya perpecahan masyarakat akibat materi-materi yang potensi ketersinggungannya besar, lebih-lebih soal agama.

Ginting mengatakan Kasus Ahok di pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta lalu seharusnya menjadi pembelajaran agar kasus serupa tidak terulang lagi di tahun politik ini.

“Jangan masuk ke wilayah sensitif di tahun politik, karena kita sudah mengalami pembelahan sejak 2014. Dan itu riil,” kata Ginting, Minggu. 

Rekomendasi